Monday 17 July 2017

Apa hukum main forex dalam


Escrito por jaenal nurohman em Minggu, 10 Juni 2012 19.27 Investasi FOREX negociação merupakan investiasi yang sangat menjanjikan dimana kita bisa memperoleh lucro yang cukup lumayan dalam waktu yang relative singkat. Apalagi dengan kehadiran Broker forex online yaitu Instaforex yang memberikan jasa forex sinal de internet, semakin memudahkan setiap orang untuk mendulang lucro di bisnis ini bahkan tanpa harus melewati upaya belajar yang terlalu lama dan tanpa harus memahami analisa teknikal / maupun fundamental yang memusingkan kepala. Penghasilan para comerciante-comerciante forex profissional sangrando jauh meninggalkan para pelaku-pelaku bisnis lainnya seperti para pelaku bisnis MLM dan perdagangan konvensional. Tapi kemudian banyak yang mempertanyakan kehalalan dari hasil yang diperoleh bisnis forex negociação ini dikarenakan sifatnya yang abstratos dan tidak kasat mata. Sebagian umat Islão meragukan kehalalan praktik perdagangan berjangka. Bagaimana menurut padangan para pakar Islão Jangan engkau menjual sesuatu yang tidak ada padamu, 8221 sabda Nabi Muhammad VI, dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah. Oleh sementara fuqaha (ahli fiqih Islam), hadits tersebut ditafsirkan secara saklek. Pokoknya, setiap praktik, jual, beli, yang, tidak, ada, barangnya, pada, waktu, akad, haram. Penafsiran secara demikian itu, tak pelak lagi, membuat fiqih islão sulit untuk memenuhi tuntutan jaman eang terus berkembang dengan perubahan-perubahannya. Karena itu, sejumlah ulama klasik yang terkenal dengan pemikiran cemerlangnya, menentang cara penasiran yang terkesan sempit tersebut. Misalnya, Ibn al-Qayyim. Ulama bermazhab Hambali no berpendapat, bahwa tidak benar jual-beli barang yang tidak ada dilarang. Baik dalam Al Qur8217an, sunnah maupun fatwa para sahabat, larangan itu tidak ada. Dalam Sunnah Nabi, hanya terdapat, larangan, menjual, barang, yang, belum, ada, sebagaimana, larangan, beberang, barang, yang, sudah, ada, pada, waktu, akad. 8220Causa legis atau ilat larangan tersebut bukan ada atau tidak adanya barang, melainkan garar, 8221 ujar Dr. Syamsul Anwar. MA dari IAIN SUKA Yogyakarta menjelaskan pendapat Ibn al-Qayyim. Garar adalah ketidakpastian tentang apaká barang yang diperjual-belikan itu dapat diserahkan atau tidak. Misalnya, seseorang menjual unta yang hilang. Atau menjual barang milang orang lain, padahal tidak dibi kewenangan oleh yang bersangkutan. Jadi, meskipun pada waktu, akad barangnya, tidak ada, namun ada, kepastian diadakan, pada waktu, diperlukan, sehingga, bisa, diserahkan, kepada, pembeli, maka, jual, beli, tersebut sah. Sebaliknya, kendati, barangnya, sudah, ada, tapi, 8211, karena, satu, dan, lain, hal 8212, tidak, mungkin, diserahkan, kepada, pembeli, maka, jual, beli, itu, tidak, sah. Perdagangan berjangka, jelas, bukan garar. Sebab, dalam kontrak berjangkanya, jenis komoditi yang dijual-belikan sudah ditantukan. Begitu juga dengan jumlah, mutu, tempat dan waktu penyerahannya. Semuanya berjalan di atas aturan resmi yang ketat, sebagai antisipasi terjadinya praktek penyimpangan berupa penipuan 8212 satu yang sebetulnya bisa juga terjadi pada praktik jua-beli konvensional. Dalam perspektif hukum Islão, Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) (foral adalah bagian dari PBK) dapat dimasukkan ke dalam kategori almasa8217il almu8217ashirah atau masala-masala hukum Islam kontemporer. Karena itu, estado hukumnya dapat dikategorikan kepada masalah ijtihadiyyah. Klasifikasi ijtihadiyyah masuk ke dalam wilayah fi ma la nasha fih, yakni masalah hukum e yang tidak mempunyai referensi nash hukum yang pasti. Dalam kategori masalah hukum al-Sahrastani, ia termasuk ke dalam paradigma al-nushush qad intahat wa al-waqa8217I la tatanahi. Artinya, nash hukum dalam bentuk Al-Quran dan Sunnah sudah selesai tidak lagi ada tambahan. Dengan demikian, kasus-kasus hukum, yang baru, muncul, mesti, diberikan, kepastian, hukumnya, melalui, ijtihad. Dalam kasus hukum PBK, ijtihad dapat merujuk kepada teori perubahan hukum yang diperkenalkan oleh Ibn Qoyyim al-Jauziyyah. Ia menjelaskan, fatwa hukum dapat berubá karena beberapa variabel perubahnya, yakni: waktu, tempat, niat, tujuan dan manfaat. Teori perubahan hukum ini diturunkan dari paradigma ilmu hukum dari gurunya Ibn Taimiyyah, yang menyatakan bahwa a-haqiqah fi al-a8217yan la fi al-adzhan. Artinya, kebenaran hukum itu dijumpai dalam kenyataan empirik bukan dalam alam pemikiran idéia de atau alam. Paradigma ini diturunkan dari prinsip hukum Islão tentang keadilan yang dalam Al-Quran digunakan istilah al-mizan, um-qisth, al-wasth, dan al-adl. Dalam penerapannya, secara khusus masala PBK dapat dimasukkan ke dalam bidang kajian fiqh al-siyasah maliyyah, yakni politik hukum kebendaan. Dengan kata lain, PBK termasuk kajian hukum Islão dalam pengertian bagaimana hukum Islão diterapkan dalam masala kepemilikan atas harta benda, melalui perdagangan berjangka komoditi dalam era globalisasi dan perdagangan bebas. Realisasi yang pálido mungkin dalam rangka melindungi pelaku dan pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka komoditi dalam ruang dan waktu serta pertimbangan tujuan dan manfaatnya dewasa ini, sejalan dengan semangat dan bunyi UU No. 32/1977 tentang PBK. Karena teori perubahan hukum seperti dijelaskan di atas, dapat menunjukkan elasticidade hukum Islam dalam kelembagaan dan praktek perekonomian, maka PBK dalam sistem hukum Islam dapat dianalogikan dengan bay8217 al-salam8217ajl bi8217ajil. Bay8217 al-salam dapat diartikan sebagai berikut. Al-salam atau al-salaf adalá bay8217 ajl bi8217ajil, yakni memperjualbelikan sesuatu yang dengan ketentuan sifat-sifatnya yang terjamin kebenarannya. Di dalam transaksi demikian, penyerahan ra8217s al-mal dalam bentuk uang sebagai nilai tukar didahulukan daripada penyerahan komoditi yang dimaksud dalam transaksi itu. Ulama Syafi8217iyah dan Hanabilah mendefinisikannya dengan: 8220Akad atas komoditas jual beli yang diberi sifat terjamin yang ditangguhkan (berjangka) dengan harga jual yang ditetapkan di dalam bursa akad8221. Keabsahan transaksi jual beli berjangka, é o primeiro a terpenuhinya rukun dan syarat sebagai berikut. Rukun sebagai unsur-unsur utama yang harus ada dalam suatu peristiwa transaksi Unsur-unsur utama di dalam bay8217 al-salam adalah: Pihak-pihak pelaku transaksi (8216aqid) yang disebut dengan istilah muçulmano atau muçulmano ilaih. Objek transaksi (ma8217qud alaih), yaitu barang-barang komoditi berjangka e harga tukar (ra8217s al-mal al-salam al-muslim fih). Kalimat transaksi (Sighat 8216aqad), yaitu ijab dan kabul. Yang perlu diperhatikan dari unsur-unsur tersebut, adalah bahwa ijab dan qabul dinyatakan dalam bahasa dan kalimat yang jelas menunjukkan transaksi berjangka. Karena itu, ulama Syafi8217iyah menekankan penggunaan istilah al-salam atau al-salaf di dalam kalimat-kalimat transaksi itu, dengan alasan bahwa 8216aqd al-salam adalah bay8217 al-ma8217dum dengan sifat dan cara berbeda dari akad jual dan beli (comprar). Persyaratan menyangkut objek transaksi, adalah: bahwa objek transakis harus memenuhi kejelasan mengenai: jenisnya (um yakun fi jinsin ma8217lumin), sifatnya, ukuran (kadar), jangka penyerahan, harga tukar, tempat penyerahan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh harga tukar (al-tsaman), adala, Pertama, kejelasan jenis alat tukar, yaitu dirham, dinar, rupia atau dolar dsb atau barang-barang yang dapat ditimbang, disukat, dsb. Kedua, kejelasan jenis alat tukar apakah rupia, dolar Amerika, dolar Singapura, dst. Apakah, timbangan, yang, disepakati, dalam, bentuk, quilograma, lagoa, dst. Kejelasan tentang kualitas objek transaksi, apakah kualitas istimewa, baik sedang atau buruk. Syarat-syarat di atas ditetapkan, dengan maksud, menghilangkan, jahalah, fi-8217aqd, atau, alasan, ketidaktahuan, kondisi-kondisi, barang, pada, saat, transaksi. Sebab hal ini akan mengakibatkan terjadinya perselisihan de antara pelaku transaksi, yang akan merusak nilai transaksi. Kejelasan jumlah harga tukar. Os utilizadores registados podem usar esta imagem como um editor de gramagem absortí na beira do avk. Kalaupun dalam pelaksanaannya masih ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan peraturan perundang-undangan yang ada, maka dapatlah digunakan kaidah hukum atau máxima legal yang berbunyi: ma yudrak kulluh la yutrak kulluh. Apa yang tidak dapat dilaksanakan semuanya, maka tidak perlu ditinggalkan keseluruhannya. Dengan demikian, hukum dan pelaksanaan PBK sampai batas-batas tertatuu boleh dinyatakan dapat diterima atau setidak-tidaknya sesuai dengan semangat jiwa norma hukum Islam, dengan menganalogikan kepada bay8217 al-salam. Dalam bukunya Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi yang berjudul MASAIL FIQHIYAH Kapita Selecta Hukum Islão, diperoleh bahwa Forex (Perdagangan Valas) diperbolehkan dalam hukum islam. Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan barang-barang kebutuhan / komoditi antar negara yang bersifat internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan alat bayar yaitu uang yang masing-masing negara mempunyai ketentuan sendiri dan berbeda satu sama lainnya sesuai dengan pena danmin perditaan negaran-negara tersebut sehingga timbul PERBANDINGANO NILAI MATA UANG antar negara. Perbandingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu BURSA atau PASAR yang bersifat internasional dan terikat dalam suatu kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Nilai mata uang suatu negara dengan negar lainnya ini berubah (berluktuasi) setiap saat sesuai volume permintaan dan penawarannya. Adanya permintaan dan penawil inilah yang menimbulkan transaksi mata uang. Yang secara nyata hanyalah tukar-menukar mata uang yang berbeda nilai. HUKUM ISLAM dalam TRANSAKSI VALAS 1. Ada Ijab-Qobul: 8212gt Ada perjanjian untuk memberi dan menerima Penjual menyerahkan barang dan pembeli membayar tunai. Ijab-Qobulnya dilakukan dengan lisan, tulisan dan utusan. Pembeli dan penjual mempunyai wewenang penuh melaksanakan e melakukan tindakan-tindakan hukum (dewasa dan berpikiran sehat) 2. Memenuhi syarat menjadi objek transaksi jual-beli yaitu: Sui barangnya (bukan najis) Barang sudah berada ditanganya jika barangnya diperoleh dengan imbalan. Perlu ditambahkan pendapat Muhammad Isa, bahwa jual beli saham itu diperbolehkan dalam agama. 8220Jangan kamu membeli ikan dalam ar, karena sesungguhnya jual beli eang demikian itu mengandung penipuan8221. (Hadis Ahmad bin Hambal dan Al Baihaqi dari Ibnu Mas8217ud) Jual beli barang yang tidak di tempat transaksi diperbolehkan dengan syarat harus diterangkan sifat-sifatnya atau ciri-cirinya. Kemudiano jika barang sesuai dengan keterangan penjual, maka sahlah jual belinya. Tetapi jika tidak sesuai, maka, pembeli, mempunyai, hak khiyar, artinya boleh, meneruskan, atau, membatalkan, jual belinya. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat Al Daraquthni dari Abu Hurairah: 8220Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, maka ia berhak khiyar jika ia telah melihatnya8221. Jual beli hasil tanam yang masih terpendam, seperti ketela, kentang, bawang dan sebagainya juga diperbolehkan, asal diberi contohnya, karena akan mengalami kesulitan atau kerugian jika harus mengeluarkan semua hasil tanaman yang terpendam untuk dijual. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islã: Kesulitan itu menarik kemudahan. Demikian juga jual beli barang-barang yang telah terbungkus / tertutup, seperti makanan kalengan, LPG, dan sebagainya, asalkam diberi etiqueta yang menerangkan isinya. Vide Sabiq, op. Cit. Hal 135. Mengenai teks kaidah hukum Islão tersebut di atas, vide Al Suyuthi, Al-Asbah al-Nadzair, Mesir, Mustafa Muhammad, 1936 hal. 55.MuslimKaya. blogspot kembali lagi, dengan artikel, terbaru, berkenaan, Hukum FOREX iaitu Câmbio (Tukaran Matawang Asing). Ramai di antara kita yang pernah mendengar daripada kawan2, atau, sahabat2, menga, keuntungan, mudah, yang, boleh, diperolehi, melalui, FOREX. Tetapi tidak pernahkan sahabat-sahabat semuário terfikir akan hukum FOREX di sisi Islam. Memang masyuk bila tengok duito masuk melimpah ruah dalam akaun kita, tapi sahabat-sahabat semua kena ingat, duit itu nanti akan dipersoalkan de akhirat kelak dari mana asal-usulnya dan adakah halal atau haram. Ingat, duit yang haram, apabila, kita, gunakan, atau, makan, maka, akan, menjadi, darah, daging, kita, dan, setiap, daging, yang, haram, dalam, tubuh, badan, kita, akan, dibakar, oleer, api, neraka. Oleh, itu, tidak, rugi, kalau, kita, meluangkan, sedikit, kita untuk, mengkaji, sesuatu, pelaburan, itu, samada, halal, atau, haram, kerana, ini, akan, menyelamatkan, kita, hari, akhirat, kelak. ) Jadi apakah dia hukum FOREX. Adakah urusniaga FOREX halal atau haram. InsyaAllah di bawah ini ada jawapannya. Alhamdulillah, Alá, mahām, mahāmām, kārām, kāmām, kāmām, kāmām, kāmām, iskām, kārana, kārana, usāz-ustaz, yang, pakar, dalam, kedua-dua, bidang, iaitu, kewangan, dan juga, ilmu. Di bawah ini adalá sebuah artikel berkenaan dengan Hukum PREÇO / INFO FOREX hasil karangan Ust. Zaharudin yang juga bertugas sebagai Painel Syariah RHB Banco. Semoga kita dapat melapangkan dada kita dan cuba untuk menghadamkan setiap penilaian hukum halal dan haram FOREX dari segi syarak. ) Hukum Pelaburan FOREX fundo de investimento em dinheiro suíço. Pandangan Shariah Oleh. Ust Hj Zaharuddin Hj Abd Rahman Terlalu ramai yang menghantar pesanan ringkas 8216sms8217, e-mail, telefonar bertanya kepada saya berkenaan Fundo Mutual Suíço de Pelaburu atau suíço dinheiro atau yang sepertinya, sehingga memaksa saya memperuntukan seduque waktu saya bagi menulis jawapan ringkas ini. Saya sedar sebenarnya amat sukar bagi meringkas jawapan kerana setiap penerangan hanya akan mampu difahami sekiranya e pembaca mempunyai asas Shariah dan instrumento kewangan moden yang memuaskan. Saya telah menyemak plano de investimento bagi pelaburan Fundo mútuo suíço dan mendapati bahawa ia adalah sebuah pelaburan beroreintasikan sistema konvensional dan Riba yang terlarang. Ia amat nyata apabila tiada satu pun maklumat de dalam web tersebut yang membroitahu bahawa pelaburannya ditadbir urus menuruto kehendak Shariah, tiada juga disebut nama-nama penasihat Shariah. Sebagaimana diketahui olha korporat dan umum Syarikat, Badan pelaburan dan pengurus kewangan de Barat sentiasa bersifat dalam profissional iklannya bagi menonjolkan apa jua jenis kelebihan yang ada pada mereka. Justeru, jika mereka mengurus secara Islão, sudah pasta mereka akan menghebahkan dengan jelas bahawa meroka adalah sebuah syarikat pelaburão yang menurut prinsip-prinsip Shariah, di samping itu, suatu kemestian bagi sesebuah syarikat pelaburan untuk menyiarkan nama-nama painel penasihat Shariahnya bagi menarik keyakinan orang Ramai. Bagaimanapun, jihad de dalam web pelaburan suíço ini, tiada satu pun yang menonjolkan imej ini, malah apa yang saya perolehi menunjukkan ia amat bertentangan dengan ciri-ciri pelaburan islam samada dari sudut penggunaan 8216terminologi8217 pelaburannya, mahupun bentuk cara ia menjana keuntungan. Lebih jelas dari itu, jika pembaca meninjau kepada ruangan 8220Perguntas frequentes8221 (FAQ) yang terdapat di dalam web maitka juga tiada satu perkataan dan soalan pun yang berkaitan tentang keislaman produk mereka ini. Semua ini, tanpa perlu mengkaji dengan lebih dalam pun sudah mampu diketahui akan tidak menepati Shariahnya pelaburan mereka ini. Adapun, java pembaca inginkan penjelasan lebih terperinci akan cara yang digunakan oleh pelaburan Suíço, saya kira ia amat jelas. Sebagai sebuah syarikat pelaburan berasaskan konvensional dan riba yang sentiasa mempromosi keuntungan yang luar biasa sebagai satu-satunya alat penarik. Pelaburan yang dilakukan, pastinya, menggunakan, instrumen-intstrumen, yang, terlibat, dengan riba, gharar dan perjudian, tanpa sebarang pertimbangan. Antara instrumen yang digunakan adalah (ia terkandung samada tersirat dan tersurat di dalam 8216 plano de investimento 8217 nya yang di paparkan di halaman webnya iaitu swisscash. biz/Web/sffsip. aspx) sebagaimana berikut: - a) Hedging (Lindung Risiko Perubahan Nilai matawang): Ia Biasanya digunakan oleh industri importação eksport yang melibatkan penggunaan matawang yang berbeza. Ia digunakan bagi memastikan perubahan nilai matawang tidak membro kesan amat buruk kepada pembeli jika nilai yang yang dguna (cth ringgit) jatuh teruk. Yang maná jika ini berlaku, pihak pembeli terpaksa menanggung kos berkali ganda. Justeru, salah satu cara yang biasa digunakan adalah 8216hedging8217. Instrumento 8216hedging8217 ini juga boleh digunakan untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan spekulasi matawang. Menurut Fatwa oleh ulama Shariah antarabangsa, 8216hedging8217 hanya dibenarkan bagi tujuan pertama di atas (iaitu untuk melindungi penjual dan pembelian activo sebenar dari risiko perubahan nilai matawang sahaja). Ia adalah salah satu resolusi Persidangan Kewangan Perbankan Islã Al-Barakah bernombor 6/27 dari persidangannya yang keenam tarikh 2-6 Mac 1990 bertempat di Algeria. Adalah amat jelas, 8216hedging8217 merupakan salah satu instrumento yang diguna oleh pelaburan suíço ini bagi mendapatkan keuntungan. Secara, terang-terang boleh kita simpulkan, pelaburan ini pasti akan terlibat dengan elemen perjudian, spekulasi berlebihan yang bersifat judi serta tidak menurut bentuk yang diterima olh Shariah, B) Forex (câmbio) atau yang lebih dikenal dengan Perdagangan Mata wang Asing Ia merupakan suatu jenis perdagangan / transaksi yang memperdagangkan matawang suatu negara terhadap matawang negara lainnya yang melibatkan passar-passar matawang utama di dunia selama 24 jam secara berterusan. Benar, memang FOREX matawang adalah diharuskan, tetapi keharusannya tertakluk kepada sejauh mana ia menurut garis panduan yang dikeluarkan dari hadith Nabi yang sohih. Iaitu: - Dalam menuang wang dengan wang, Nabi telah menyebut garis panduan yang mesti dipatuhi iaitu. Ditukar (serah dan terima) dalam waktu yang sama ia disebut dalam hadis sebagai yadan bi yadin. Dalam bahasa inggerisnya adalah sobre a base do local. Ia datang dari hadis: 8217. . . . . . 1611. . 1611. Ertinya. Emas dengan Emas (ditukar atau diniagakan). Perak dengan perak, gandum dengan gandum, tamar dengan tamar, garam dengan garam mestilah sama timbangan dan sukatanya, dan ditukar secara terus (pada satu masa) dan sekiranya berlainan jenis, maka berjual-belilah kamu sebagaimana yang disukai8221 Hadith, 11/9). Untuk makluman. FOREX dalam matawang yang diuruskan oleh konvensional tidak menjaga syarat ini maka em menjadi Riba Nasiah. Ini kerana kebanyakan FOREX yang dijalankan oleer institusi Konvensional adala 8216Forward FOREX8217 atau Forex yang menggunakan 8216Value forward8217 (nilai masa hadapan) yang mempunyai tergolong dalam Riba Nasiah. Forex yang menggunakan nilai 8216Forward8217 in sememangnya diketahui mampu menghasilkan untung yang lebih berbanding local dalam kebanyakan keadaan jika tepat penggunaannya. Mestilah terdapat serah terima atau disebut 8220qabadh8221 dalam Islão secara benar 8220hakiki8221 atau 8220hukmi8221 pada waktu yang sama. Masalah dalam implementasi FOREX adalá bertangguh dalam penyerahan dari kedua-dua pihak. Tatkala itu aqad menjadi batal (Radd al-Muhtar ala ad-durr, 4/531). Untuk makluman. FOREX yang diuruskan olh konvensional juga tidak menjaga syarat ini lalu ia batal dan termasuk dalam bab menjual sesuatu sebelum memilikinya yang di haramkan oleh Nabi SAW. Selain itu, forex juga amat terdedah kepada não é spekulasi berlebihan yang boleh menyebabkan ia termasuk dalam katergori perjudian. Walaubagaimanapun, tidak di nafikan unsur ini agak sukar untuk di tetapkan kadarnya. Tidak saya nafikan, bahawa, terdapat, sesetengah, banco, banco, islão, juga, ada, yang, melakukan, forex, setelah, mendapatkan, kelulusan, Majlis, Penasihat, Shariah, mereka, kebanyakan, mereka, melakukan, FOREX, jenis, SPOT, bukannya, jenis, 8216Forward8217, apa yang pasti, sudah tentu, majlis, shariah, meirakkan, beber, syarat, bukannya secara Bebas begitu sahaja. Berkenaan pelaburan suíço yang diuruskan oleh badan Konvensional, maka sudah tentu ia tidak meletakkan sebarang perhatian kepada syarat-syarat yang di tentukan Shariah. Pemain-pemain, forex, kelihatan, bersungguh, cuba, mempertahankan, keharusannya, pelbagai, fatwa di momokkan, kepada saya, fatwa dari Jabatan Mufti Perak, fatwa seorang penasihat Shariah sebuah banco Islam dan lain-lain. Hakikatnya, semua fatwa keharusan adalah tertakluk kepada syarat de atas dan bukannya secara mutlak. Secara mudah, bagi saya ea perlu memastikan siapa yang menguruskan transaksi 8216permainan8217 forex anda, adakah sebuah institusi kewangan Islã atau konvensional Jika institusi kewangan Islão, penasihat Shariah akan menanggung tanggungjawab, justeru, ia adalah harus bagi orang awam selagi penasihat Shariah ini mengatakannya harus. Bagaimanapun dalam hal pelaburan SUÍÇO yang menggunakan FOREX sebagai instrumennya ini, ia sudah ternyata sebagai sebuah institusi kewangan konvensional dan kapitalis. Sesebuah institusi kewangan konvensional sudah pasti akan menggunakan instrumento forex tanga sebarang ikatan syarat yang ditetapkan Shariah di atas. Tanpa syarat itu, transaksi antara matawang, dengan, matawang, secara, tangguh, akan, menghasilkan, 8216Riba an-Nasiah8217 yang diharamkan secara sepakat oleh seluruh Ulama Islam. Ia juga adalah keputusan Painel Penasihat Shariah dunia yang bernaung di bawah nama Organização de auditoria contábil para instituições islâmicas (AAOIFI). Antara painel penasihat Shariahnya adalah Syeikh Mufti Taqi Uthmani, Prof. Dr. Syeikh Wahbah Zuhayli, Prof. Dr. Syeikh Siddiq Dharir, Syeikh Abdullah al-Mani8217, Dr. Abd Sattar Abu Ghuddah, Syeikh Dr. Nazih Hammad, Syeikh Dr. Hussain Hamid Hassan, Syeikh Nizam Yaquby, Dr. Mohd Daud Bakar, Syeikh Al-Ayashi al-Sadiq Faddad, Syeikh Dr. Ajil Nashmi e ramai lagi c) SWAP: Ia adalah satu perjanjian atau kontrak de antara dua pihak bagu pertukaran bertempoh bagi sesuatu asset kewangan Yang khusus, material de ativos atau kadar faedah. Dalam é um homem de jualan komoditi atau de jualan matawang secara de tangguh, ia dibuat tanpa sebarang pertukaran sebenar. (Padrão da Shariah AAOIFI, hlm 358) Hukumnya menurut Fatwa kumpulan Ulama Fiqh Antarabngsa yang pakar dalam hal kewangan Islã. Haram kerana contractnya melibatkan pertukaran matawang secara bertangguh, ia adalah riba nasiah. Di sebutkan di dalam keputusan Penasihat Shariah AAOIFI: - 8220 SWAPS não são permitidos nas formas em que são praticados na troca de mercadorias8221 (Padrão da Shariah AAOIFI, hlm 358) d) Opções: takrifnya adalah. Saturno yang mana hak diberikan (tetapi tidak menjadi kewajiban) untuk membeli atau menjual sesuatu item yang dipersetujui (samada dalam bentuk saham, komoditi, matawang, indeks dan hutang) pada harga yang ditentukan. Enviar uma Mensagem a este Fornecedor O envio Incluiu Item Destacado Saco do presente do presente do presente do presente do presente do presente do presente do presente do presente para o presente. ) (Padrão da Shariah AAOIFI, hlm 356). Saya tahu takrifnya memeningkan pembaca, tetapi ia memang sukar untuk diterangkan menggunakan ayat-ayat ringkas tanpa contoh panjang lebar. Secara kesimpulan, ia juga instrumen konvensional yang diharamkan kerana ia bercanggah dengan beberapa konsep dan panduan Shariah iaitu: - Menjual sesuatu sebelum memilikinya secara benar. Ia diharamkan berdasarkan hadis. Jangan kamu membeli ikan dalam ar, karena sesungguhnya jual beli yang demikian itu mengandung penipuan. (Hadis Ahmad bin Hambal dan Al Baihaqi dari Ibnu Masud) Unsur 8216Gharar Fahish8217 (ketidak tentuan) dan perjudian yang besar. Ia timbul kerana e pembeli berhasrat untuk membeli sesuatu ativo pada satu harga ditetapkan ct RM 100, dengan ramalan bahawa harga asset itu akan naik pada masa hadapan kepada RM 200. Untuk itu, si pembeli akan membyaar bayaran pendahuluan RM 10, tetapi si pembeli mempunyai hak Untuk, membatalkan, pembeliannya, jika, didapati, bahawa, harga, ramalannya, tidak, tercapai. Ia juga terlibat dalam jual beli pada masa hadapan (frente) yang tidak sah menurut syara. Ia adalah Riba, item jika yang dijual beli adalá hutang dan matawang. Ia juga bertentangan dengan syarat serah terima atau disebut 8220qabadh8221 dalam Islão secara benar 8220hakiki8221 atau 8220hukmi8221 pada waktu yang sama. Tatkala itu aqad menjadi batal (Radd al-Muhtar ala ad-durr, 4/531). As opções não são permitidas nem com respeito a sua formação que não negoceiam. 8221 (Shariah Standard, hlm 357) e) Futures Menurut A enciclopédia de Britanicca, futuros adalah: - 8220 Satu kontrak komersial yang dibuat bagi melakukan Pembélian atau jualan satu ativo dalam satu kuantiti yang khusus dan pada tarikh akan datang yang khusus8221 (Enciclopédia Britannica, 1988, 5/65) Ia dibenarkan oleh Shariah dengan syarat kontrak komersial yang dibuat itu hanya janji dari satá belah pihak 8220unilateral promessa de um lado8221. Jika syarat ini tidak dipatuhi, maka kontrak, itu, tidak, sah, menurut, shariah kerana: - Ia dianggap aqad / kontrak jual beli pada massa akan datang. Untuk pengetahuan pembaca, islão tidak membenarkan aqad jual beli di meterai hari ini bagi transaksi pada massa akan datang ia tidak sah menurut Shariah. Ia menjadi semakin ketara tidak sah apabila kedua-dua pihak tidak menyerahkan apa-apa, samada asset ataupun bayarannya. (8216Aqd al-Bai8217, Syeikh Mustafa Az-Zarqa, hlm 36) Ianya tidak boleh sama sekali dilakukan antara matawang kerana ia akan menjadi Riba an-Nasiah (riba sebab bertangguh serah-terima). Tetapi inilah salah satu cara yang terbaik sacos pihak konvensional bagi mendapatkan untung. Ia akan tergolong dalam jualan hutang dengan hutang 8220 Bai8217 ad-Dayn bi ad-Dayn8221 yang de haramkan oleh Nabi SAW kerana faktor 8216gharar8217 atau ketidak tentuan yang amat tinggi. 1613 Sebuah hadith yang lemah menyebut. 8220 Nabi SAW melarang dari menjual secarahutang dengan hutang8221 (Riwayat Ad-Dar Qutni, al-Hakim dân Al-Hakim mengatakannya sohih menurut syarat Bukhari e muçulmano). Bagaimanapun menurut Syeikh Prof. Dr. Muhydin Qurra Ali Dhaghi, pengharaman jual beli hutang dengan hutang adalá diharamkan melalui dalil Ijma8217. (Dalil ijma ini boleh dirijuk di dalam Naylul Awtar 5/177). Pengharamannya juga tela de dalam resolusi persidangan ke-16, Persidangan Kesatuan Ulama Fiqh Sedunia pada 5-10 / 1/2002. Apabila transaksi 8216futures8217 ini dilakukan oleh sebuah Institusi Kewangan Konvensional, sudah tentu ia tidak akan menjaga displin Islam di atas, kerana itu ianya di haramkan. Malah unsur perjudian dan ketidaktentuan juga amat tinggi. Seorang ilmuan Shariah menulis: - 8220 Considerando o caso dos contratos básicos de câmbio, pode-se notar que o terceiro tipo de contrato em que a liquidação por ambas as partes é adiada para uma data futura é proibido, de acordo com a grande maioria dos juristas por motivos De gharar excessivo. Futuros e forwards em moedas são exemplos de tais contratos sob os quais duas partes se tornam obrigadas a trocar moedas de dois países diferentes a uma taxa conhecida no final de um período de tempo conhecido. Por exemplo, os indivíduos A e B se comprometem a trocar dólares e rúpias indianas à taxa de 1: 22 após um mês. Se o montante envolvido é 50 e A é o comprador de dólares, então, as obrigações de A e B são fazer um pagamentos de Rs1100 e 50, respectivamente, no final de um mês. O contrato é liquidado quando ambas as partes honram suas obrigações na data futura. Tradicionalmente, uma esmagadora maioria dos estudiosos da Sharia desaprovaram tais contratos em vários motivos. A proibição aplica-se a todos os contratos em que as obrigações de ambas as partes são diferidas para uma data futura, incluindo os contratos que envolvam a troca de moedas. 8220 Keputusan Majlis Penasihat Shariah dunia bagar AAOIFI menyebut dalam fatwanya. 8220Futuras não é permitida de acordo com a Shariah para realizar contratos de futuros, quer através da sua formação ou trading8221 (Shariah Standard, hlm 356) f) Capital Garantido (jaminan wang modal tidak lupus). Palavras-chave para esta categoria SELURUH ULAMA EMPAT mazhab. Ini kerana dalam konsep Tradução automática limitada:: Pelaburan Islam yang dikenali sebagai Mudarabah dan Musyarakah, tiada sebarang jaminan dari pengusaha bahawa modalnya terjamin. Menurut Mazhab Maliki dan Syafie menganggap kiranya terdapat dalam kontrak mana-mana pelaburan mudarabah yang mana pihak pengurus menjamin bahawa modal tidak akan lupus walau apapun keadaan berlaku (samada akibat kelalaian atau tidak), maka aqad atau kontrak itu terBATAL. (Hashiyah Ad-Dusuqi, 5/284 Mughni al-Muhtaj, As-Syarbini, 3/419). Manakala menurut Mazhab Hanafi dan Hanbali, syarat seperti ini terbatal dan kontrak adalah sah (Bada8217 como-Sanai, al-Kasani, 5/115 Al-Insaf, Al-Mardawi, 5/313) Bagaimanapun pelaburan Fundo Suíço Mutual ini sudah pasti lebih teruk Lagi, kerana ia langsung tidak menggunakan kontrak pelaburão yang diurus menurut Shariah. Pastinya kontrak pelaburan seperti ini adalá batal menurut empat mazhab dan segala keuntungan yang diterima adalah tidak sah. Menurut Shariah, hanya dua jenis jaminan modal dial izinkan dalam aqad Mudarabah iaitu: - Jaminan modal dikembalikan jika pihak 8216mudarib8217 (pengurus pelaburan) mengkhinati mana-mana isi kontrak, kecuaian yang jelas dalam pengurusan dan yang sepertinya. Jaminan dari pijak ketiga dan bukannya pihak pengurus pelaburan (tradução) Malangnya, kedua-dua ini tidak termasuk dalam aqad pelaburan swiss. G) Retorno fixo garantido: Ia tidak ubah seperti 8216Fixed Deposit8217. Depósito fixo adalah satu jenis pelaburão yang menjamin pulangan atau keuntungan dalam bentuk yang telah dizentukan secara pasti sejak awal lagi. Sebagai contoh, jika anda meletakkan duit pelaburan sebanyak RM 10.000 bagi tempoh 5 bulan, anda pasti akan dibri pulangan samada jumlah tertentu (seperti Rm 5.000) atau kadar pulangan yang pasti (12) dari jumlah pelaburan anda. Ia telah sepakat seluruh úmama sebagai haram kerana Riba. Kaedah Fiqh menyebut. Al-Gunm Bi al-Gurmu (o lucro está tomando risco) ertinya. 8220 (Bagi mendapatkan) Keuntungan (hasil pelaburan) mestilah dengan menhadapi risiko8221 (Algumas observações sobre a questão do RIBA e os desafios enfrentados pela banca islâmica, Ibrahim F I Shihata). As informações seguintes não estão ainda disponíveis em Português. Selain itu, sebarang pelaburan yang mempunyai elemen seperti ini adala sebenarnya pinjaman dengan riba. Jaminan pulangan ini menjadikan ia berteraskan konsep pinjaman wang dengan faedah (interesse) yang dijamin. Ia adalah haram. H) 8220Equity8221 dan 8220comodities 8221: pastinya apabila ia di urus secara konvensional, ia akan terlibat dengan unsur-unsur perjudian. I) Empresas / pelaburan dalam syarikat-syarikat kukuh dengan jual beli saham. Sebarang syarikat yang ingin diletakkan duito pelaburan sepatutnya disemak dan disahkan terlebih dahulu oleh Painel Penasihat Shariah. Ia amat penting bagi menentukan, samada, syarikat, itu, menjalankan, aktiviti, yang, menurut, nilai, Islam, atau, tidak. Apabila tiada sebarang panduan seperti Pelaburan Swiss ini, sudah tentu pelaburannya akan dibuat dalam apa jua syarikat, tidak kira yang terlibat dengan judi, arak, pelacuran dan lain-lain. Syarikat seperti ini sememangnya amat diminati kerana pulangannya lumyaan seperti genting di Malaysia. Bagi sebarang pelaburan di luar Negara, semua syarikat yang dilabur sepatutnya mesti disemak samada ia diluluskan oleh Dow Jones Islamic atau tidak. SIla rujuk web dow jones Islamic di investaaa/ atau djindexes/mdsidx/index. cfmeventshowHome Kesimpulannya, AMAT SUKAR UNTUK SAYA menyokong keterlibatan Muslim dalam pelaburan jenis ini, tiada satu pun yang dibuat terbukti dan ditonjolkan diurus tadbir secara Islamik oleh Badan Pengurusan Pelaburan Swiss ini. Semuanya terlibat riba dan perjudian, maka semua untungnya samada riba atau tidak halal satu sen pun, walaupun pulangan lumayan beratus ratus peratus tetapi ia adalah haram. HARAM DAN HARAM. MANIS DI DUNIA, PAHIT DI BARZAKH DAN AKHIRAT . Keputusan-keputusan di atas adalah menurut keputusan Majlis Penasihat Shariah oleh Accounting amp Auditing Organization For Islamic Institutions atau OIC Interntional Fiqh Academy (Majma Fiqh Islami) yang dianggotai oleh ahli-ahli pakar Shariah sedunia. Hahahahaha. sory ustad typewriter. kalau hukum haram mmg org islam skrg ketinggalan dari segi ekonomi dunia. so rezeki depan mata kite sapu la. kalau nak main forex belajar keluar modal dan praktikal. kalau main xde ilmu boleh dikatakan judi. kalau kite ade ilmu dan buat praktikal insyaallah allah maha mengetahui . modal dah ribu2 keluar utk belajar forex ni. pastu kite main forex dengan mudah ustad media sosial keluarkan haram. zaman para khalifah pon nak jatuhkan harap pon ssh ni senang2 die ckp riba. tang mana riba tu ustad oii dah keluar beribu duit pastu berdagang dalam forex boleh kata haram. kalau ilmu x ckup jgn jadi ustad lagi. meh nak habaq sket riba tu adalah tidak mengeluarkan modal tapi duit dapat kat poket. paham btl2 riba tu. sekian assalammualaikum Hahahahaha. sory ustad typewriter. kalau hukum haram mmg org islam skrg ketinggalan dari segi ekonomi dunia. so rezeki depan mata kite sapu la. kalau nak main forex belajar keluar modal dan praktikal. kalau main xde ilmu boleh dikatakan judi. kalau kite ade ilmu dan buat praktikal insyaallah allah maha mengetahui . modal dah ribu2 keluar utk belajar forex ni. pastu kite main forex dengan mudah ustad media sosial keluarkan haram. zaman para khalifah pon nak jatuhkan harap pon ssh ni senang2 die ckp riba. tang mana riba tu ustad oii dah keluar beribu duit pastu berdagang dalam forex boleh kata haram. kalau ilmu x ckup jgn jadi ustad lagi. meh nak habaq sket riba tu adalah tidak mengeluarkan modal tapi duit dapat kat poket. paham btl2 riba tu. sekian assalammualaikum If the Muslim Community/Countries has a good economic stability like the US. GB, Euro, Japan. etc. and I believe that this forex trading will be All Halal. BUT, since nowadays the economic is cntrolled by those countries, even in our countrY is controlled by the CHINESE not even any MALAYS or ORANG MELAYU can beat up alll the BILLONAIRE in our country which is the top ten is dominate by all these CHINESE or non MELAYU people. SO. we are attached to an economic system which is controlled by non muslim. MY QUESTION IS how in the world we should avoid to make business deal without dealing with all this people. cuz thAt is the biggest economic instrument in the world. EVEN KWSP (which suppose to invest in Islamic Investment cant do it very well. Imagine 120 billion worth of funds to be invested in an economic system which is 100 islamic. as the KWSP people said. there is not enough islamic investment instrument in the market currently. we dont have much choice but to dump some billions of RM into konvensional system. NOW TELL ME THAT A DECENT PAKCIK WHO RETIRED FROM WORK WANTED TO GO TO HAJI AND HE ONLY HAVE HIS SAVING FROM KWSP CUZ HE AINT SAVING IN TABUNG HAJI. CAN HE USE THE MONEY OR NOT. BUKAN KAH KITA NI DALAM DUNIA EKONOMI MODEN CANGGIH NI TERPAKSA BERJUAL BELI DENGAN ORG2 BUKAN ISLAM. I DONT KNOW IF MY OPPINIONS IS CRAPPY BUT THAT IS WHAT I HAVE IN MIND. MEBE USTAZ. YR SALARY ALSO BEING PAID BY TH EGOVERNMENT WHO UNDOUBTLY INVEST IN NON ISLAMIC INSTRUMENT. CAN U DENY THAT. OUR GOVERNMNT. BLOODY RATING FOR BRIBERY HAS INCREASED THANKS TO POLITICIAN FOR THAT. - JUST GIVING MY THOUGHTS LAH. - I BELIEVE WHEN IT COMES TO MONEY - DUIT PUNYA PASAL. ALL THE SERBAN, LEBAI KOPIAH THAT YOU WEAR WILL TERCABUT LAA. IVE SEEN MANY PEOPLE LIKE THIS AND I SIMPLY GELENG KEPALA LAH. MEBE USTAZ IS NOT ONE OF THEM. ARE U. Jangan ingat semua yang berkaitan dengan forex tu haram. Sebenarnya ustaz zaharuddin sendiri ada cakap. Forex ni diumpamakan macam ayam. Pada umumnya forex ni HALAL..Tetapi instrumen-instrumen yang diperkenalkan seperti hedging dan sebagainya yang membuatkan dia jadi HARAM.. Dia berbeza kalau kita menjadi forex trader dengan kita melaburkan duit dalam syarikat yang membuat perniagaan forex. Faham tak Kalau kita menjadi forex trader, sebagai contoh, ada syarikat forex yang menawarkan kita akaun, lepas tu kita masukkan duit, dalam masa dua tiga hari, kita yakin nilai euro akan naik, jadi kita pun jual..Itu HALAL. Ustaz zaharuddin sendiri tak cakap yang itu HARAM. Tapi yang ustaz Zaharuddin kata HARAM tu kalau kita invest duit kita dalam syarikat yang membuat perniagaan forex. Itu yang HARAM. Contohnya program HYIP atau high yield investment program..Itu memang confirm haram..Sebab syarikat-syarikat konvensional memang langgar semua peraturan ISLAM..Tu yang jadi HARAM tu.. Kalau tak percaya tengok video ni. youtube/watchvZ9ngYs1J5zw Saya harap semua orang faham termasuk ADMIN site MUSLIMKAYA ni. Asslaam o Aliku, I am from Pakistan and came across ur blog when I was trying to search if HYIP programs against Islam or not. I am sure u have given good informtion here but the problem is I did not understand the language here :( Is it possible for u to please translate this blog to english so that ppl from other countries can also benefit from the information here. Thank u and Allah Hafiz Assalamualaikum, saya teringin nak tahulah ustz Zaharuddin ni simpan wang di mana ye. Masih bawah bantal lagi kut..sebab all the banks in Malaysia main forex. inc bank islam and bank muamalat. Awat tak cukup pakar syariah ke kat bank2 situ Kesimpulannya bila ustaz tu sendiri yg terlibat dengan forex aktiviti tu terus halal..so kawan2 semua timbalah ilmu agama jgn tunggu pendapat atau pandangan ustaz2 sahaja kita pun mampu timbang sendiri. Tq laa. dah kita dengar pendapat-pendapat semua tuh, kita sedang timba ilmu laa tuh. semua tuh ilmu. ape laa ko ni, lagipun ust dah cakap ade forex haram, ade harus. paham betul-betul. Kalau lah Islam boleh menguasai dunia ini, Insyaallah semua perniagaan akan halal, tapi tak tau bila akan berlaku. Bolehkah dijadikan alasan maslahah umat Islam untuk mengatakan perniagaan forex halal. Sepanjang yang saya tau tak ada broker forex yang islamic 100. Bolehkah fatwa Majlis Fatwa Kebangsaan dikiaskan dengan forex seperti harusnya hukum melabur dalam ASNB assalamualaikum. Betullah kata ustaz. Pening jugak nak membacanya pasal halal haram yang diterangkan. Tapi pastinya ustaz lebih memfokus kepada swiss chash yang popular tu. Dah tutup pun. Berbalik kepada cerita halal haram forex nie. Saya ada terbaca tentang soal jawab hukum forex di surat khabar. Tak ingat le surat khabar mana. Tapi yang pastinya jawapan kepada persoalan tersebut membawa 2 jawapan. Satu halal dan satu haram. Yang haram ialah yang mana pelabur itu melaburkan sejumlah duitnya, kemudian tunggu hujung bulan. Dapat untung. Macam fix deposit le contohnya. Tetap je keuntungannya. Yang ini orang Malaysia kita memang suka. Manakala yang halal pula jawapan nya adalah jika wang itu dilaburkan/diniagakan sendiri, ada untung dan rugi. Dilihat pagi dan petang membawa ke malam. Macam BSKL adaq saham syariah. Pelabur direct ke broker tanpa ada orang tengah. Tapi yang nie rasanye duit belaka. Kita sibuk melihat dan mengkaji pagi petang, dengar berita yang oleh membawa spekulasi matawang sesebuah negara. Tapi saya bukanlah ustaz yang boleh menyatakan hukumnya secara terangan. Ustaz punye blog nie mungkin boleh buat kupasan lebih lanjut kot. Baru nak belajor forex. Klang Saya rasa amat kecewa apabila ramai mendakwah kita yang HANYA arif di bidang syariah/hukum Islam memberi pandangan mereka ke atas isu - isu kewangan. Mengapakah ramai masih lagi ragu2 tentang melaburkan wang mereka Jika pelaburan yang dilakukan menerima keuntungan, kita boleh berzakat. Saya rasa sedih kerana kita harus menjadi pak turut kepada ustaz2 yang tidak ada pengetahuan tentang bidang kewangan. kalau hati sudah jauh dari rahmat Allah, halal haram pun di layan sama. Benar hadith nabi tentang akhir zaman, manusia tidak peduli mana yg halal dan mana yg haram. Amat menyedihkn, kenapa tidak mementingkan akhirat. Dr Zaharuddin tu pakar kewangan Islam. jgn main buta tuli tuduh ustaz yang takde pengetahuan ttg bidang kewangan. semak biodata ustaz tu dulu tengok dan nilaikan sendiri. jgn terlalu kejar kemewasan sampai lupa halal haram. dunia dh nk kiamat ni. Assalamualaikum. Bolehkah tuan terangkan mengenai Forex Spot yang dikatakan HALAL di sisi ISLAM..Terima Kasih..Blog anda sesuai dijadikan pembelajaran mengenai ekonomi Islam. Semoga Allah S. W.T memberkati dan membimbing kita semua di dalam mencari rezeki yang halal dan direhai olehnya kerana sesungguhnya tiap2 makanan dan minuman yang kita makan melalui hasil yang HARAM, maka nerakalah tempatnya.. Mengenai bab forex ini. hukumnya HARAM. kalau kita mengaji lebih sikit. kita akan dapati Forex Exchange adalah HARAM. Dlm forex ini ada 3 benda yg kena ambil perhatian. 1. method 2. interest 3. leverage 1. method OK, spot dibenarkan but selain dari spot adalah haram 2. swap. No swap. kira pass. just main intraday 3. Leverage tang sini sangkut. tapi kalau nak main juga kena pakai leverage 1:1. baru hukumnya jadi HARUS. Hukumnya menjadi harus jika kita menepati ketiga-tiga syarat dibawah 1. Spot 2. No Swap 3. Leverage 1:1 Kalau ketiga-tiga syarat diatas tak dapat dipatuhi. hukumnya HARAM Pandangan pertama: HARAM Hujjah mereka adalah seperti berikut: 8211 Mewajibkan pedagang berurusniaga melaluinya. termasuk dalam kategori 8220 (( 8220 Ini termasuk dalam larangan Nabi saw: 8211 Riba: Apabila berlaku situasi 8220cross over night8221 8211 Urusniaga forex umumnya tidak berlaku qabd syar8217ie. 8211 Kemudharatan ekonomi kepada pihak-pihak yang berurusan khususnya pedagang dan masyarakat umumnya. 8211 Pedagang menjual sesuatu yang tidak dimiliki. 8211 Urusniaga berdasarkan pergerakan harga yang menyerupai qimar. 8211 Melibatkan al-Ihtikar dan al-najash ( .( Pandangan kedua: HARUS 8226 Jualbeli dilakukan pada hari yang sama 8226 Upah atau komisyen kepada platform tidak boleh melebihi ujrah al-mithl. 8226Menghimpunkan al-bay8217u dan al-salaf tidak menyebabkan aqad tersebut fasid kecuali terdapat keadaan-keadaan yang memberi kepentingan tertentu kepada salah satu pihak yang berkontrak.( 1614 1615( 8226Keadaan jualbeli dipasaran ini (forex market) tidak mewujudkan kepentingan tertentu kepada salah satu pihak yang berkontrak. 8226Qabd terlaksana dalam kontrak ini ialah qabd al - hukmi dengan adanya perlbagai urusan dan mekanisme tambahan yang ditetapkan oleh pihak berkuasa. iltizam bil qard oleh pihak platform kepada para pedagang. Ianya dianggap pinjaman jika pedagang menggunakanya. Pinjaman ini tidak melibatkan faedah. 8226Urusniaga melalui paltform terbahagi kepada dua jenis, pertama tidak melibatkan 8220cross over night8221 dan kedua melibatkan 8220cross over night8221. Kaedah pertama adalah diharuskan manakala kaedah kedua adalah tidak harus kerana melibatkan 8220cross over night charge8221 yang merupakan faedah keatas pinjaman. saya ada main apatah, kawan ajak forex kot, tiap2 bulan dapat untung sama je, tetap. tapi kadang 2 ditunda berbelas hari, maksudnya tak dapat tarikh yang ditetapkan. adakah cara ini halal yang tiada swap or commission first tahniah kepada sdr abu muaz di atas pandangan n buah fikiran buat pencambahan ilmu di sini. saya bukannya arif sangat pasal forex ni cuma sedikit sebanyak saya ambil peduli gak sebab org dok tanya kat saya pasal benda nie. sepanjang pembacaan serta pandangan saya hal forex ini juga seperti hukum feqh yang xdijelaskan secara nyata hukumnya secara qati39e dari quran, sunnah serta ijma39, akan senantiasa berubah-ubah dan mengikut keadaan semasa. saya ambil contoh tentang penggunaan kad kredit yang dibayar secara ansuran masih ada yang kena percentage, hypermarket supermarket yang dimiliki non-muslim (ada jual arak), pelaburan-pelaburan syarikat milik kerajaan yang masih gunakan konvensional sistem serta pelaburan n lain-lain lagi. tapi bukanlah saya nak sokong yg main forex 100 cuma kena amik perhatian juga apa yang telah dibincangkan secara semasa oleh ulama2 fiqh hari nie tentang halal haram yang boleh kita jauhi cuma sekarang bagaimana kita nak 39islam39kannya. sebab hari nie majoriti ekononmi dikuasai kapitalis hatta orang kaya di negara arab juga byk terlibat, inilah yang perlu kita fikirkan bagaimana nak memperbaiki keadaan hari nie seperti salah seorang yg beri komentar andai ekonomi dunia ini dikuasai orang islam yang berpegang teguh dengan quran n sunnah insyaallah semuanya ok. setakat ini sahaja maaf andai x kena Salam.. Terima kasih utk post yg informative nih. institusi kewangan Islam Assalammualaikum, dimana saya boleh dapatkan institusi kewangan Islam y menguruskan forex iniSaya baru sahaja dalam bidang forex ini. trade sendiri sahaja dgn menggunakan platform marketiva. Jgn pening2 ye..nak tahu. watsapp saya di 011 23607770.. dijamin selamat 100..tiada unsur riba. owner syarikat bumiputra islam.. Kesimulannya forex ni boleh ke x boleh tolong guna bahasa yang straight to the point la jgn belit2..kejap kata spot boleh, kejap kata foward xbleh. mana satu ni si Zaharudin tu tau ke x tau aku ada masuk AAOIFI tapi aku taip forex x keluar satu pun article pasal forex. betul ke tak betul apa si Zaharudin tun ckp Assalamualaikum. Saya ingin mendapatkan penjelasan mengenai hukum bermain FOREX(tukaran matawang asing). Jikalau saya selaku orang awam, menjalankan aktiviti FOREX melalui syarikat BROKER seperti NorthFinance, FXCM, AvaFx, EasyForex, Marketiva atau sebagainya (boleh merujuk laman web Broker tersebut), adakah ianya diharuskan untuk makluman JAKIM, syarikat broker seperti yang dinyatakan ada menyediakan pelabagai jenis akaun. dan terdapat juga akaun quotfree overnight interestquot(akaun bebas faedah) untuk orang2 islam yang memohon. jadi, bagaimana hukum melakukan FOREX Ada yang saya dapati mengatakan ianya harus. ada yang mengatakan ianya haram. yang mana satu untuk orang-orang awam seperti saya patuhi untuk makluman, ramai rakyat malaysia khususnya yang beragama Islam telah melakukan aktiviti-aktiviti FOREX menerusi syarikat-syarikat Broker yang telah dinyatakan. saya mencadangkan agar JAKIM mengeluarkan suatu artikel untuk disebarkan ke masyarakat umum untuk menjelaskan perkara ini. syabas dan tahniah kerana JAKIM telah mengeluarkan artikel mengenai isu melabur dalam ASB/ASN. Diharapkan banyak lagi artikel-artikel yang menyentuh soal ekonomi untuk mengeluarkan masyarakat Islam daripada was-was. Nota: soalan saya ini bukan merujuk kepada aktiviti FOREX yang dilankan oleh Bank, tetapi merujuk kepada individu-individu (masyarakat awam) yang menjalankan aktiviti-aktiviti FOREX melalui syarikat BROKER FOREX seperti yang dinyatakan secara bersendirian. sekian, terima kasih. website: NorthFinance: northfiance FXCM: fxcm Markrtiva: marketiva AvaFx: avafx Jawapan Pertukaran wang dengan wang seperti yang terdapat pada urusniaga dalam perniagaan pasaran mata wang (forex trading) adalah mengandungi unsur riba. Kedudukan nilai mata wang dalam pasaran pula adalah tidak tetap dan boleh berubah bila-bila masa sahaja. Keadaan sebegini boleh dikategorikan sebagai satu penipuan kepada pihak yang menyertainya. Perniagaan dalam pasaran mata wang seumpama ini berlaku tidak dalam satu majlis tetapi jika sebaliknya adalah harus seumpama money changer kerana telah ditetapkan harganya. Oleh itu, penyertaan pelaburan dalam pasaran mata wang (forex trading) hukumnya tidak halal kerana mengandungi unsur riba. JAKIM berterima kasih di atas cadangan tersebut dan JAKIM akan sentiasa memberi penjelasan dan kefahaman tentang ekonomi Islam kepada masyarakat di luar sana. quot (Sumber. islamgrid. gov. my) Projek IslamGRID adalah projek kerjasama terutamanya antara MAMPU dan JAKIM (sebagai pemilik) yang mana kedua-duanya di bawah Jabatan Perdana Menteri dan beberapa agensi lain seperti MOSTI Ini adalah hasil carian yang saya dapat melalui laman web islamgrid. gov. my (Projek IslamGRID adalah projek kerjasama terutamanya antara MAMPU dan JAKIM (sebagai pemilik) yang mana kedua-duanya di bawah Jabatan Perdana Menteri dan beberapa agensi lain seperti MOSTI).Timbang-timbang lah Soalan. Assalamualaikum. Saya ingin mendapatkan penjelasan mengenai hukum bermain FOREX(tukaran matawang asing). Jikalau saya selaku orang awam, menjalankan aktiviti FOREX melalui syarikat BROKER seperti NorthFinance, FXCM, AvaFx, EasyForex, Marketiva atau sebagainya (boleh merujuk laman web Broker tersebut) adakah ianya diharuskan untuk makluman JAKIM, syarikat broker seperti yang dinyatakan ada menyediakan pelabagai jenis akaun. dan terdapat juga akaun quotfree overnight interestquot(akaun bebas faedah) untuk orang2 islam yang memohon. jadi, bagaimana hukum melakukan FOREX Ada yang saya dapati mengatakan ianya harus. ada yang mengatakan ianya haram. yang mana satu untuk orang-orang awam seperti saya patuhi untuk makluman, ramai rakyat malaysia khususnya yang beragama Islam telah melakukan aktiviti-aktiviti FOREX menerusi syarikat-syarikat Broker yang telah dinyatakan. Jawapan IslamGRID : Pertukaran wang dengan wang seperti yang terdapat pada urusniaga dalam perniagaan pasaran mata wang (forex trading) adalah mengandungi unsur riba. Kedudukan nilai mata wang dalam pasaran pula adalah tidak tetap dan boleh berubah bila-bila masa sahaja. Keadaan sebegini boleh dikategorikan sebagai satu penipuan kepada pihak yang menyertainya. Perniagaan dalam pasaran mata wang seumpama ini berlaku tidak dalam satu majlis tetapi jika sebaliknya adalah harus seumpama money changer kerana telah ditetapkan harganya. Oleh itu, penyertaan pelaburan dalam pasaran mata wang (forex trading) hukumnya tidak halal kerana mengandungi unsur riba. JAKIM berterima kasih di atas cadangan tersebut dan JAKIM akan sentiasa memberi penjelasan dan kefahaman tentang ekonomi Islam kepada masyarakat di luar sana. quot salam, saya bru nk mempelajari forex dan saham nie..setelah bce atikel2 nie sy jadi confius..ape solution nye Pelaburan forex ni ade yg haram dan ade yg harus. pelaburan forex yg sy join ni. halal di sisi hukum dan tiada unsur riba. whatsapptelegrm di 011 23607770 segala persoalan anda akan terjawab. Kepada anonymous, sebenarnya ada banyak lagi alternatif lain kepada pelaburan dan cara2 buat duit yang halal. Nak atau tak je. Nak kata FOREX boleh buat duit cepat, tak semestinya. Ada jugak orang yang rugi bila main FOREX.. Antara alternatif lain buat duit cepat dan halal ialah, 1. Main Futures (Crude Palm Oil/ Index Syariah) 2. Main saham yang patuh syariah 3. Main Indeks saham syariah Cara main yang di atas ni suma sama macam main FOREX. So ilmu yang ada tu mmg boleh pakai dan yang pasti halal. Yang penting kena ada usaha dan rajin untuk tambah ilmu.. bukan ke main futures haram berdasarkan artikel di atas.. quotKeputusan Majlis Penasihat Shariah dunia bagi AAOIFI menyebut dalam fatwanya. 8220Futures is not permitted according to the Shariah to undertakes futures contracts either through their formation or trading8221 (Shariah Standard, hlm 356)quot FCPO telah disahkan patuh syariah oleh Majlis Penasihat Syariah Suruhanjaya Sekuriti Malaysia. Ada sebab-sebabnya ia diharuskan. Boleh rujuk website Bursa Malaysia. for me ianya adalah halal dan ada juga part2 nya yang haram contoh bermain secara headging(jual dan beli pada masa yg sama dimana system headging biasanya digunakan dan diperkenalkan bangsa yahudi. bermain secara headging memang untuk rugi amat nipis. swap/roll over dimana bila trade yang saya buat tidak kena atau reach my take profit dlm masa sehari ianya sama seperti interset untuk perniagaan saya. apa saya perlu lakukan dlm masa sebulan saya kira semua sekali swap/rollover dan gunakan duit poket saya sendiri hantar atau sedekah kan ke pejabat baitulmal dan lain nyaquotini adalah interest untuk perniagaan sayaquot inilah umat akhir zaman, orang2 bijak agama ditolak, lepastu buat tafsiran sendiri, astagfirulahalazim.. betul tu, setuju. Apabila mata hati digelapkan dengan wang, agama dan ilmuwan dipersalahkan. Ustaz itu pakar kewangan syariah, ilmu beliau jauh lagi banyak dari kita, tapi mereka sewenang wenangnya menolak dan melakukan tafsiran sendiri. Semoga kita sentiasa dikurniakan rahmat dan petunjuk dari Allah. Ingatlah, kita mahu yang berkat walaupun sedikit, jauhi shubhah. kepada hamba Allah, apakah penolakan kepada orang bijak agama ini di buat secara total Adakah dalam semua perkara orang bijak agama ini betul sehingga pendapat mereka menjadi fatwa yang tak boleh tidak mesti diikuti sedangkan kalau kita lihat di malaysia hukum pelaburan ASN dan ASB pun berbeza diantara pendapat majlis fatwa Kebangsaan dengan orang bijak agam yang lain. Orang bijak agama pun ada masa silap dalam memberikan pendapat kerana mereka tidak mengetahui dengan mendalam mengenai bidang yang bersangkutan dengan pendapat yang diberikan ataupun mungkin kerana tersalah faham mengenai istilah yang digunakan contohnya pernah seorang ulama menyatakan anjing laut adalah najis berat sama seperti anjing mohon utamakan logik dari emosi bila keluarkan pendapar, saya menghormati UZAR kerana beliau membuat homework sebelum memberi pendapat Kepada anonymous. Sesungguhnya bukan senang bagi seorang ulama untuk keluarkan fatwa haram atau halal. Terutamanya dalam bab muamalat sebab ia adalah sangat luas. Dalam bab muamalat, usul fiqh menyatakan pada dasarnya semua perkara adalah harus melainkan ada dalil yang mengatakan sebaliknya. Oleh itu saya pasti pihak ulamak telah membuat kajian yang sangat mendalam sebelum mengharuskan atau mengharamkan sesuatu perkara. Oleh itu tidak perlulah disangkal lagi melainkan jika anda mempunyai hujah anda yang lebih kukuh. Wallahualam. Wassalam. hujah2 yg mengatakan forex itu haram kebanyakkannya sgt2 tidak tepat jauh lari dari realiti sebenar dunia forex. ini kerana: 1. pergerakan matawang dapat diramalkan jauh lebih baik dengan menggunakan ilmu saham chart jika berbanding saham yang yg dikatakan halal. Maka isu quotKedudukan nilai mata wang dalam pasaran pula adalah tidak tetap dan boleh berubah bila-bila masa sahaja. quot tidak wujud disini kerana bleh dikesan bila2 masa. Kedudukan saham dalam pasaran juga adalah jauh lebih tidak tetap dan boleh berubah bila-bila masa sahaja, tapi saham dihalalkan, forex diharamkan. 2. pergerakan matawang teramat susah untuk dimanupulate berbanding saham yg dikatakan halalkan. hanya bank2 besar tahap raksaksa sahaja boleh melonjakkn harga atau menurunkan nilai matawang. namum penurunan dan kenaikan nilai oleh bank2 ini bukan satu masalah untuk quotdifollowquot oleh trader2 kecil di mesia melalui ilmu membaca chart. jika saham, kenaikan nilainya senang2 boleh dimainkn oleh bank2 kat mesia nie dan yg pastinya ikan2 bilis (para2 trader saham individu) semua tu adalah makan si ikan2 jerung (bank2). malah saham2 sgt terdedah kepada kabar2 angin /spekulasi di trading floor. tp tapi saham dihalalkan, forex diharamkan. banyak lagi hujah2 yg mengatakan forex ini diharamkan, tetapi kebanyakkannya adalah sgt2 tidak tepat dengan realiti sebenar. yg pastinya, ia akan menjadi harus apabila trader2 forex ini dikenakan cukai oleh kerajaan mesia. Salam, Dear Shany, Allah itu Maha kaya dan limpah kurniaNya di dunia ini sangat luas untuk diterokai. Kenapa harus keadaan economy dunia kini yang dengan gelojoh dikuasai orang bukan Islam disalahkan. Biarkan mereka dengan sistem ecomoni mereka yang batil dan bergelombang dengan riba39 sedang mereka kelak akan menerima balasan yang setimpal dari Allah. Adakah kita sebagai orang Islam, mahu mengikuti gerak langkah kebatilan mereka dan putus asa dari terus mencari Rahmat Allah, sedangkan dari Allah sahajalah datangnya segala rezeki Kalau kita sangat pentingkan duit dan material, janganlah kita 39generalize39kan untuk org lain. Kalau tak ada hal yang baik untuk dikatakan, adalah lebih baik kita diam dari terus dibebani dengan dosa yang kita tak akan mampu menanggungnya. wasallam isu halal haram forex ni payah nak cakap le, sebab kita xde ulama yang betul2 pakar dalam ekonomi. harap2 pasni akan ada ramai ulamak yang pakai ekonomi, contoh. 10 tahun dulu, kat malaysia, sebelum ada takaful, wakil insuran, orang islam antara yang kaya atau penyumbang hasil samaada zakat ataupun cukai, telah di fatwakan insuran tu haram, dalampada masa tu semua org islam yang jadi agen insuran berhenti jadi agen, padahal kat situ hasil pendapatan nya, terpaksa bekerja kilang, mekanik, dengan pendapatan yang x mampu untuk menyara keluarga, perceraian terjadi, tersisih keluarga, di hina jadi miskin, merempat, atas sebab menfatwakan HARAM insuran, orang bukan islam pula yang menopololi insuran atau ekonomi di malaysia, lepas 10tahunberikut baru wujudnya takaful, bukan ke rugi, orang islam sebelum tu ber ekonomi, tapi kita lambat ber ekonomi skg ni. sepatutnya sebelum menfatwakan haram, cari alternatif bagai mana untuk menjadikan benda tu halal, cth seperti insuran ke takaful, secara x langsung kita org islam ber ekonomi. nak main saham plak lagi susah, main klu nak untung terpaksa dengar speculate, speculate tu plak haram, di katakan forex ni lebih spekulasi pun tidak juga, saham lagi menjurus spekulasi. ada pendapat ulama, contoh kita ini org kaya. yang mempunya wang 30 bilion, terdapat 3 bank islam di malaysia, yang hanya mampu menerima deposit 15 bilion, yang balance 15 bilion lagi BOLEH di simpan di bank konvensional yang selama mana x de bank2 islam yang mampu menerima deposit tersebut, jika terdapat bank islam yang baru atau bank islam yang sedia ada mampu menerima deposit tersebut, maka wajib kita simpan di bank islam tersebut. bile bace semula pos2 ni..pening pon ade..geram pon ade..isu ni xpenah abes..da bertahun2 da.. kejap kata harus..kejap kata haram..mn 1 tah yg btolnyer..pada yg bijak2 agama ni..tolongla capai kata sepakat..andaikata ianya haram..keluarkn kenyataan dan fatwa supaya ianya jelas pd org2 awam.. same gak isunya ngan ASB atau ASN..sesetengah negeri kata harus..sesetengahnye kata haram..nape ianya xdiselaraskn adakah terlalu sukar utk ddk bermuzakarah dan mencapai kata sepakat tolong la satukan hati..jgn biarkan org2 awam ni terumbang ambing dlm hukum2 berkenaan Islam.. Jika ada dua fatwa, boleh lah ikut mana-mana yang anda rasa paling kuat. Tiada salahnya di situ. Tapi kalau hanya ada satu fatwa sahaja, maka saya berharap kita dapat ikut fatwa yang satu itu.. This comment has been removed by the author. kepada anonymous bukan senang seseorang ulama nak keluarkan fatwa. perlukan kajian yang sangt mendalam. kalau anda hendak menafikan segal2 galanya. jadi lah ulama. kepada jihad kecil kalau iktkan mulut quotisu halal haram forex ni payah nak cakap le, sebab kita xde ulama yang betul2 pakar dalam ekonomi. harap2 pasni akan ada ramai ulamak yang pakai ekonomi, quot memang senang untuk cakap quotsemoga ada ulamak yang pakar ekonomiquot ustaz zaharudin seorang pakai ekonomi pon korang xboleh nak hormat dan percaya. apatah lagi 10 ulama. cer suruh anak en belajar dan jadi seorang ulama. boleh ke x so dengan ade yang seorang nie UZAR. dia bukan buat fatwa seorang diri. kajian dia bersama dengan syeikh terkemuka dunia. UZAR nie dapat PHD dalam bidang PhD, Syariah amp Islamic Finance, Univ of Wales, United Kingdom. x pakar lagi ke. ermm xtau lah dengan en jihad kecil. nak tau lagi biodata dia. jom baca sini zaharuddin. net/profile. html so disini saya bukan balas ni untuk nyatak forex halal atau haram. tapi nak tekankan untuk kita menghormati seorang pkar ekonomi yang ada. tu je bagi saya apabila ulama kata HARAM dan FATWA mengatakan HARAM JADI ikut shj apa yang dikeluarkan kalau apa yang anda lakukan tidak bercanggah dengan cerita dalam fatwa ni lakukan saje. baca disini e-fatwa. gov. my/fatwa-kebangsaan/hukum-perdagangan-pertukaran-matawang-asing-oleh-individu-secara-lani-individual-sp kelakar la pulak dgn kenyataan tuan ni. kat mn yg sy menafikn segala2 nyasy hanye minta dptkn kata sepakat..sbb ianya ade 2 hukum..kalo 1 hukum, lain la cite.. lg satu..sbb menghormati la kami tanyakn dgn cara baik..tp kalo xbole terima jugak xtau la nk ckp cmne..secara jujur, sbg org awam..sy sering keliru ngan keputusan yg dibuat.. kita ni dikurniakn akal dan fikiran..so rasenye xsalah utk kita mencari kebenaran punca-punca terjadinya sesuatu hukum. jgnla cepat melenting bila ditanya.. so sy tny tuan..tuan pegang hukum ape terhadap ASB dan ASNharamharus Mencari sebuah kebenaran itu wajib hukumnya, jadi selama suatu hukum belum ada solusi meski harus dikaji dan dicari jawabannya. Sikap menyerah dan pesimis adalah sikap yang tidak mampu dan termasuk kedalam golongan hamba Allah yang berputus Asa. kepada Admin sukro kasironn,,juga teman-teman semua, semoga akan ditemukan titik temu dan solusi yang akurat dan barokah. amiin Saya pun jadi keliru dengan semua ini, forex terdapat beberapa jenis yang mana ada yang diharuskan dan ada yang diharamkan. contohnya SPOT forex yang dibolehkan. forex tidak bergantung pada nasib semata-mata tetapi memerlukan knowledge untuk menganalisa market sebelum pelabur forex melakukan trading. Saya tertarik dengan comment saudara mengenai hukum merokok, malah saya telah membaca fatwa mengenainya di e-fatwa yang mana muzakarah telah memutuskan bahawa hukum merokok adalah haram dari pandangan Islam. Tetapi masih ramai lagi yang merokok. Siapalah saya untuk mempersoalkan tentang hukum hakam yang diputuskan, apatah lagi memberikan hujah2 mengenainya. Terus terang, saya masih keliru tentang isu forex ini. so disini saya bukan balas ni untuk nyatak forex halal atau haram. tapi nak tekankan untuk kita menghormati seorang pkar ekonomi yang ada. tu je bagi saya apabila ulama kata HARAM dan FATWA mengatakan HARAM JADI ikut shj apa yang dikeluarkan kalau apa yang anda lakukan tidak bercanggah dengan cerita dalam fatwa ni lakukan saje. baca disini e-fatwa. gov. my/fatwa-kebangsaan/hukum-perdagangan-pertukaran-matawang-asing-oleh-individu-secara-lani-individual-sp bagi pendapat sy yg dhaif ni.. sepatutnye xwujud 2 fatwa yg berbeza dlm negara yg sama..satu mengharuskn..satu mengharamkn.. bile wujudnye begini..nmpk sgt xde muafakat sesama mereka..dan hukum hakam akan diambil remeh..bkn sbb org xnk ikut, tp satu pihak akn ckp quotaku ikut fatwa harus..so halalquot.. satu pihak lg kataquot ikut ko la..tu haram..bg anak bini mkn hasil haramquot. so ape rs kite kalo kite ditempat tu yer kami sedar kami dhaif dlm bab2 agama ni..tp siapa yg patut guide kami sekiranye pihak yg mengeluarkn hukum sendri xde muafakat.. bagaimana nk percaya jgn biarkan kami yg dhaif ni terumbang ambing dlm 2 keputusan yg berbeza.. Bagi aku. nak teruskn trade forex atau tak itu terpulang kepada peribadi masing2, sedangkan yg jelas di haramkn Allah SWT seperti arak, judi dan zina pun masih ada umat Islam yg buat. Mmg takdinafikan, susah nk cari broker yg betul2 islamic, begitu juga dgn institusi2 kewangan dinegara kita. Boleh jamin ke 100 islamic dan bebas dr riba Boleh jamin ke mereka tak terlibat dgn pelaburan2 yg tak terlibat dan 100 bersih dr riba Hidup kita sekarang ni pun dikelilingi riba. beli kereta, beli motor, beli tv, dan apa sj yg kita berhutang mmg tak terlepas dr riba. Think guys..if forex is haraam, - how about the millions of muslim money changer (most of them are indian muslim in Malaysia but not sure in other country) make a honest living and as their main source of income. - how about the stock trading that we have been doing it since for more than 30 years (if im not mistaken maybe longer than that) as the forex is not as much different from that. - how about buying things or stuff online (we pay the money for the things and wait it to reach our home several days later). - how about the concept of paper money (whole worlds used it) where its values are nothing but it used in all countries where the values are based on the gold stock that kept in their country per kapita. (Only USA the only country in the world that print their money as they like and their dollar are not based on the gold and the world cant say anything about it). Obrigado. Anyone who want to discuss it further please go ahead. Salam. setiap perkara itu berbeza cara kita menilai dan melihatnya. tidak boleh satu-satu hukum itu pukul rata guna pakai untuk yang lain. dalam bab ini dalilnya ialah apabila berlaku urusniaga sesama barangan ribawi yang sama jenis, transaction mestilah on the spot. ini tidak berlaku dalam forex trading yg membolehkan kita open position forex lama2. SEMOGA ALLAH MERAHMATI KITA, UMAT YANG DIHUJUNG AKHIR ZAMAN, WANG TELAH DIDAHULUKAN DEMI KEPENTINGAN HIDUP DAN NAFSU, MANUSIA TIADA LAGI PENTINGKAN PENCARIAN TENTANG ASAS ILMU AGAMA, AL-QURAN DAN SUNNAH, MENOLAK DAN MENUNDING JARI KE ARAH ORANG LAIN TERUTAMA ULAMA AGAMA YANG TELAH ALLAH TURUNKAN ILMU UNTUK MENASIHATKAN MANUSIA ISLAM YANG LAIN. NAUZUBILLAH. SEMOGA ALLAH MELINDUNGI DIRIKU amp ANAK-ANAK DAN KELUARGAKU JAUH DARI KEPENTINGAN DUIT YANG MELALAIKAN. YA ALLAH AMPUNKANLAH MEREKA YANG JAHIL DAN BERILAH MEREKA ILMU DAN HIDAYAH MU MOGA AKU DAN MEREKA DITEMPATKAN DI TEMPAT ORANG-ORANG YANG BERIMAN. AMIN. Apabila Ulama telah mengeluarkan fatwa maka yang terbaik adalah patuh dan taat. Elakkan Syubahah. Contohi saya. Dahulu sebelum fatwa dikeluarkan saya sememangnya kaya raya dan untung beribu sebulan atas pelaburan forex. Namun setelah fatwa keluar saya terduduk dan terkejut dan beristikharah pada Allah Taala. Keputusannya saya berhenti. Alhamdulillah sekarang Allah beri rezeki daripada pintu yang lain. Biarlah sedikit asalkan berkat. MasyaAllah. Terpulang pada setiap individu. Anda boleh mereka 1000 alasan untuk mengatakan yang ianya halal. Jalan ke syurga itu penuh ranjau dan duri manakala jalan ke neraka itu penuh dengan kesedapan dan kelazatan. MEMOHON PINJAMAN ANDA Adakah anda seorang ahli perniagaan atau perempuan Adakah anda dalam mana-mana tekanan kewangan adakah anda memerlukan Wang untuk memulakan perniagaan anda sendiri Adakah anda mempunyai pendapatan yang rendah dan sukar untuk mendapatkan pinjaman daripada bank-bank tempatan dan institusi kewangan lain Jawapan ada di sana, Michellen Haward Firma Pinjaman adalah jawapan untuk menawarkan apa-apa jenis pinjaman kepada orang ramai atau sesiapa dalam nees bantuan kewangan. Kami memberikan pinjaman pada kadar 2 kadar faedah kepada individu, firma-firma dan syarikat-syarikat di bawah syarat-syarat yang jelas dan mudah. hubungi kami hari ini melalui e-mel di michellenhawardloansgmail Nota: Semua pemohon perlu berada di atas 18 tahun Hati-hati di sini. Tidak ada yang dapat membantu Anda di sini atau bahkan menyarankan bagaimana Anda bebas untuk mendapatkan bantuan keuangan. Setiap jawaban dari pemberi pinjaman kredit atas pertanyaan Anda, Anda harus mengabaikan, karena Mereka Apakah Penipuan. penipuan yang nyata. saya adalah korban yang saya robek Ribuan dolar. baik terima kasih Tuhan untuk saudara Kristen yang dimaksud saya untuk sebuah organisasi pinjaman yang dibentuk oleh beberapa Ibu Clara, claraloansfinancier. Mereka membuat hidup saya yang berharga dan memberikannya makna. Ketika adik memberiku semata-mata untuk Untuk kontak lebih lanjut, saya menghubungi dia. Mereka menyetujui pinjaman sebesar 75.000,00 USD dan dalam 48 jam setelah bertemu semata-mata untuk orang lanjut Untuk melawan persyaratan, pinjaman saya disimpan di rekening bank saya tanpa agunan. Saya akan menyesal Total hidupku, Karena pada titik waktu saya hanya bercerai ayah dari anak saya, dan anak saya (Ridwan) dihadapkan dengan situasi hidup dan mati. Jangan ragu untuk menghubungi via Email: Claraloansfinancier. Untuk pertanyaan lebih lanjut. hubungi saya via: Yunitanurudeengmail Halo Setiap Satu, nama saya Dwiokta Septiani am dari Indonesia, saya dengan cepat ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan seluruh Indonesia yang mencari pinjaman di internet sangat berhati-hati untuk tidak jatuh di tangan scammers dan fraudstars, ada banyak pemberi pinjaman kredit palsu di sini di internet dan beberapa dari mereka adalah asli, saya ingin meluncur kesaksian tentang bagaimana Tuhan menuntun saya untuk pemberi pinjaman dan pinjaman nyata genue yang telah mengubah hidup saya rahmat rumput, setelah saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman kredit di sini di internet, saya kehilangan banyak uang untuk membayar biaya pendaftaran, isurance, pajak, dan setelah pembayaran saya masih tidak mendapatkan pinjaman saya. Setelah berbulan-bulan mencoba untuk mendapatkan pinjaman di internet dan scammed beberapa kali uang tanpa mendapatkan pinjaman dari perusahaan mereka sehingga saya menjadi begitu putus asa dalam mendapatkan pinjaman dari pemberi pinjaman kredit genue online yang tidak akan meningkatkan rasa sakit saya, jadi saya memutuskan untuk menghubungi seorang teman saya yang baru-baru mendapat pinjaman online, kita membahas kesimpulan kita tentang masalah dan dia mengatakan kepada saya tentang seorang wanita yang disebut Mrs Anita Charles yang merupakan CEO dari Anita Charles Pinjaman Perusahaan. Jadi saya diterapkan untuk jumlah pinjaman (Rp430,000,000) dengan tingkat bunga rendah dari 2, tidak mengurus usia saya, karena saya mengatakan kepadanya apa yang saya ingin menggunakan uang itu untuk membangun bisnis dan pinjaman saya disetujui dengan mudah tanpa stres dan semua persiapan yang dilakukan pada transfer kredit dan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah pendaftaran pinjaman, itu disimpan ke bank dan mimpi saya datang melalui. Jadi saya ingin saran yang membutuhkan genue pinjaman cepat memanggilnya sekarang email di anitacharlesloancompanygmail. dia tidak tahu bahwa aku melakukan ini. Saya berdoa agar Tuhan memberkati dia untuk hal-hal baik yang telah dilakukan dalam hidup saya. Anda juga dapat menghubungi saya di septianidwioktagmail untuk info lebih lanjut. bagi saya mana yang rasa was-was dengan perniagaan forex ni boleh abaikan dan buat perniagaan lain..tapi mana yang ok just teruskan sahaja..forex ni banyak pencangahan pendapat..ikhlas Jejaka penyu p/s: kpd sesiapa yang sedang mencari maklumat tentang forex sila la lawat blog saya di sini forex malaysia. semoga ianya bermanfaat kepada anda semua. Rebat FBS TERBESAR 8211 Dapatkan pengembalian rebat atau komisi hingga 70 dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun profit, bergabung sekarang juga dengan kami trading forex fbsasian ----------------- Kelebihan Broker Forex FBS 1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100 SETIAP DEPOSIT ANDA 2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN 3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD 4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100 5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL Indonesia dan banyak lagi yang lainya Buka akun anda di fbsasian . ----------------- Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui : Tlp. 085364558922 BBM. fbs2009 kalau was wasa haram la tu. kalau yakin halal, just go on. itupun kena main sindiri, syaratnya spot basis, no swap dsbnya. klu syarikat yg main kan mesti ada perasaan was was. biasalah syaitan nirrajim sentiasa akan bisik dekat anak adam sampai qiamat. Bonus untuk permulaan yang baik Dapatkan 123 di dalam akun bonus Anda Total bonus sebesar 123 Bonus bisa dipakai untuk trading selama 7 hari kerja dari bonus masuk ke akun Profit Anda tidak terbatas Anda bisa dapat bonus tanpa butuh verifikasi dan notifikasi Tertarik. coba ikuti link ini Selanjutnya jika anda membuka akun sekarang, dan mungkin saja Anda akan menjadi klien yang ke 1.000.000 Manager FBS akan menelepon Anda di nomor yang terdaftar dalam akun Anda, dan akan menanyakan apa yang Anda inginkan. Setelah itu FBS akan secepatnya merealisasikan keinginan Anda Setelah mendapatkan pemenang, maka FBS akan membuat sebuah rekaman percakapan dengan pemenang dan memposting sebuah video dimana FBS telah memenuhi keinginan dari pemenang Kami sangat bersemangat untuk mengetahui apa keinginan dari pemenang, dan melihat bagaimana keinginannya terwujud Kami juga ingin mengingatkan tidak lama lagi FBS akan merayakan ulang tahun yang ke -7, yang berarti akan banyak hadiah menarik menanti untuk dimenangkan oleh Anda Bukan hanya satu klien, namun akan banyak klien FBS akan mendapat hadiah istimewa Bagaimana hukum bermain Forex online seperti FX united Di mana setiap bulan akan diberikan dividen tetap dari majikan tersebut. Kaedah lagi satu ialah Manual trading, di mana kita akan monitor naik turun matawang dan membuat keuntungan dari nya setiap hari di dalam USD. adakah ia halal atau haram Kalau melabur dan dapat pulangan tetap setiap bulan adalah HARAM mengikut Ustaz Azhar Idrus: youtube/watchvUr-0wO3Zsyk Kalau trading sendiri melalui platform, kalau kena cara jadi HARUS, kalau salah cara jadi HARAM mengikut Ustaz Dasuki: youtube/watchvB4KEHNYrWwForex menurut Hukum Islam Banyak perbedaan pendapat tentang forex itu sendiri, ada yang mengatakan tidak boleh, tetapi ada juga yang mengatakan boleh. Dibawah ini adalah pendapat yang membolehkan dari beberapa sumber tentang forex itu sendiri (sedang untuk yang tidak membolehkan forex itu sendiri, silahkan search di Google). Fit4global. wordpress hanya memberi wacana, dan hanya fokus ke riset ilmiah tentang pergerakan forex. Fit4global. wordpress memang didedikasikan untuk meriset secara logika dan ilmiah tentang pergerakan forex baik teknikal maupun fundamental. Sebagian umat Islam ada yang meragukan kehalalan praktik perdagangan berjangka. Bagaimana menurut padangan para pakar Islam Apa pendapat para ulama mengenai trading forex, trading saham, trading index, saham, dan komoditi Apakah Hukum Forex Trading Valas Halal Menurut Hukum Islam Mari kita ikuti selengkapnya. Jangan engkau menjual sesuatu yang tidak ada padamu, sabda Nabi Muhammad SAW, dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah. Oleh sementara fuqaha (ahli fiqih Islam), hadits tersebut ditafsirkan secara saklek. Pokoknya, setiap praktik jual beli yang tidak ada barangnya pada waktu akad, haram. Penafsiran secara demikian itu, tak pelak lagi, membuat fiqih Islam sulit untuk memenuhi tuntutan jaman yang terus berkembang dengan perubahan-perubahannya. Karena itu, sejumlah ulama klasik yang terkenal dengan pemikiran cemerlangnya, menentang cara penafsiran yang terkesan sempit tersebut. Misalnya, Ibn al-Qayyim. Ulama bermazhab Hambali ini berpendapat, bahwa tidak benar jual-beli barang yang tidak ada dilarang. Baik dalam Al Quran, sunnah maupun fatwa para sahabat, larangan itu tidak ada. Dalam Sunnah Nabi, hanya terdapat larangan menjual barang yang belum ada, sebagaimana larangan beberapa barang yang sudah ada pada waktu akad. Causa legis atau ilat larangan tersebut bukan ada atau tidak adanya barang, melainkan garar, ujar Dr. Syamsul Anwar, MA dari IAIN SUKA Yogyakarta menjelaskan pendapat Ibn al-Qayyim. Garar adalah ketidakpastian tentang apakah barang yang diperjual-belikan itu dapat diserahkan atau tidak. Misalnya, seseorang menjual unta yang hilang. Atau menjual barang milik orang lain, padahal tidak diberi kewenangan oleh yang bersangkutan. Jadi, meskipun pada waktu akad barangnya tidak ada, namun ada kepastian diadakan pada waktu diperlukan sehingga bisa diserahkan kepada pembeli, maka jual beli tersebut sah. Sebaliknya, kendati barangnya sudah ada tapi karena satu dan lain hal tidak mungkin diserahkan kepada pembeli, maka jual beli itu tidak sah. Perdagangan berjangka, jelas, bukan garar. Sebab, dalam kontrak berjangkanya, jenis komoditi yang dijual-belikan sudah ditentukan. Begitu juga dengan jumlah, mutu, tempat dan waktu penyerahannya. Semuanya berjalan di atas rel aturan resmi yang ketat, sebagai antisipasi terjadinya praktek penyimpangan berupa penipuan satu hal yang sebetulnya bisa juga terjadi pada praktik jua-beli konvensional. Dalam perspektif hukum Islam, Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) (forex adalah bagian dari PBK) dapat dimasukkan ke dalam kategori almasail almuashirah atau masalah-masalah hukum Islam kontemporer. Karena itu, status hukumnya dapat dikategorikan kepada masalah ijtihadiyyah. Klasifikasi ijtihadiyyah masuk ke dalam wilayah fi ma la nasha fih, yakni masalah hukum yang tidak mempunyai referensi nash hukum yang pasti. Dalam kategori masalah hukum al-Sahrastani, ia termasuk ke dalam paradigma al-nushush qad intahat wa al-waqaI la tatanahi. Artinya, nash hukum dalam bentuk Al-Quran dan Sunnah sudah selesai tidak lagi ada tambahan. Dengan demikian, kasus-kasus hukum yang baru muncul mesti diberikan kepastian hukumnya melalui ijtihad. Dalam kasus hukum PBK, ijtihad dapat merujuk kepada teori perubahan hukum yang diperkenalkan oleh Ibn Qoyyim al-Jauziyyah. Ia menjelaskan, fatwa hukum dapat berubah karena beberapa variabel perubahnya, yakni: waktu, tempat, niat, tujuan dan manfaat. Teori perubahan hukum ini diturunkan dari paradigma ilmu hukum dari gurunya Ibn Taimiyyah, yang menyatakan bahwa a-haqiqah fi al-ayan la fi al-adzhan. Artinya, kebenaran hukum itu dijumpai dalam kenyataan empirik bukan dalam alam pemikiran atau alam idea. Paradigma ini diturunkan dari prinsip hukum Islam tentang keadilan yang dalam Al Quran digunakan istilah al-mizan, a-qisth, al-wasth, dan al-adl. Dalam penerapannya, secara khusus masalah PBK dapat dimasukkan ke dalam bidang kajian fiqh al-siyasah maliyyah, yakni politik hukum kebendaan. Dengan kata lain, PBK termasuk kajian hukum Islam dalam pengertian bagaimana hukum Islam diterapkan dalam masalah kepemilikan atas harta benda, melalui perdagangan berjangka komoditi dalam era globalisasi dan perdagangan bebas. Realisasi yang paling mungkin dalam rangka melindungi pelaku dan pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka komoditi dalam ruang dan waktu serta pertimbangan tujuan dan manfaatnya dewasa ini, sejalan dengan semangat dan bunyi UU No. 32/1977 tentang PBK. Karena teori perubahan hukum seperti dijelaskan di atas, dapat menunjukkan elastisitas hukum Islam dalam kelembagaan dan praktek perekonomian, maka PBK dalam sistem hukum Islam dapat dianalogikan dengan bay al-salamajl biajil. Bay al-salam dapat diartikan sebagai berikut. Al-salam atau al-salaf adalah bay ajl biajil, yakni memperjualbelikan sesuatu yang dengan ketentuan sifat-sifatnya yang terjamin kebenarannya. Di dalam transaksi demikian, penyerahan ras al-mal dalam bentuk uang sebagai nilai tukar didahulukan daripada penyerahan komoditi yang dimaksud dalam transaksi itu. Ulama Syafiiyah dan Hanabilah mendefinisikannya dengan: Akad atas komoditas jual beli yang diberi sifat terjamin yang ditangguhkan (berjangka) dengan harga jual yang ditetapkan di dalam bursa akad. Keabsahan transaksi jual beli berjangka, ditentukan oleh terpenuhinya rukun dan syarat sebagai berikut: a) Rukun sebagai unsur-unsur utama yang harus ada dalam suatu peristiwa transaksi Unsur-unsur utama di dalam bay al-salam adalah: Pihak-pihak pelaku transaksi (aqid) yang disebut dengan istilah muslim atau muslim ilaih. Objek transaksi (maqud alaih), yaitu barang-barang komoditi berjangka dan harga tukar (ras al-mal al-salam dan al-muslim fih). Kalimat transaksi (Sighat aqad), yaitu ijab dan kabul. Yang perlu diperhatikan dari unsur-unsur tersebut, adalah bahwa ijab dan qabul dinyatakan dalam bahasa dan kalimat yang jelas menunjukkan transaksi berjangka. Karena itu, ulama Syafiiyah menekankan penggunaan istilah al-salam atau al-salaf di dalam kalimat-kalimat transaksi itu, dengan alasan bahwa aqd al-salam adalah bay al-madum dengan sifat dan cara berbeda dari akad jual dan beli (buy). Persyaratan menyangkut objek transaksi, adalah: bahwa objek transaksi harus memenuhi kejelasan mengenai: jenisnya (an yakun fi jinsin malumin), sifatnya, ukuran (kadar), jangka penyerahan, harga tukar, tempat penyerahan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh harga tukar (al-tsaman), adalah, Pertama, kejelasan jenis alat tukar, yaitu dirham, dinar, rupiah atau dolar dsb atau barang-barang yang dapat ditimbang, disukat, dsb. Kedua, kejelasan jenis alat tukar apakah rupiah, dolar Amerika, dolar Singapura, dst. Apakah timbangan yang disepakati dalam bentuk kilogram, pond, dst. Kejelasan tentang kualitas objek transaksi, apakah kualitas istimewa, baik sedang atau buruk. Syarat-syarat di atas ditetapkan dengan maksud menghilangkan jahalah fi al-aqd atau alasan ketidaktahuan kondisi-kondisi barang pada saat transaksi. Sebab hal ini akan mengakibatkan terjadinya perselisihan di antara pelaku transaksi, yang akan merusak nilai transaksi. Kejelasan jumlah harga tukar. Penjelasan singkat di atas nampaknya telah dapat memberikan kejelasan kebolehan PBK. Kalaupun dalam pelaksanaannya masih ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan peraturan perundang-undangan yang ada, maka dapatlah digunakan kaidah hukum atau legal maxim yang berbunyi: ma la yudrak kulluh la yutrak kulluh. Apa yang tidak dapat dilaksanakan semuanya, maka tidak perlu ditinggalkan keseluruhannya. Dengan demikian, hukum dan pelaksanaan PBK sampai batas-batas tertentu boleh dinyatakan dapat diterima atau setidak-tidaknya sesuai dengan semangat dan jiwa norma hukum Islam, dengan menganalogikan kepada bay al-salam. 1. The Basic Exchange Contracts There is a general consensus among Islamic jurists on the view that currencies of different countries can be exchanged on a spot basis at a rate different from unity, since currencies of different countries are distinct entities with different values or intrinsic worth, and purchasing power. There also seems to be a general agreement among a majority of scholars on the view that currency exchange on a forward basis is not permissible, that is, when the rights and obligations of both parties relate to a future date. However, there is considerable difference of opinion among jurists when the rights of either one of the parties, which is same as obligation of the counterparty, is deferred to a future date. To elaborate, let us consider the example of two individuals A and B who belong to two different countries, India and US respectively. A intends to sell Indian rupees and buy U. S dollars. The converse is true for B. The rupee-dollar exchange rate agreed upon is 1:20 and the transaction involves buying and selling of 50. The first situation is that A makes a spot payment of Rs1000 to B and accepts payment of 50 from B. The transaction is settled on a spot basis from both ends. Such transactions are valid and Islamically permissible. There are no two opinions about the same. The second possibility is that settlement of the transaction from both ends is deferred to a future date, say after six months from now. This implies that both A and B would make and accept payment of Rs1000 or 50, as the case may be, after six months. The predominant view is that such a contract is not Islamically permissible. A minority view considers it permissible. The third scenario is that the transaction is partly settled from one end only. For example, A makes a payment of Rs1000 now to B in lieu of a promise by B to pay 50 to him after six months. Alternatively, A accepts 50 now from B and promises to pay Rs1000 to him after six months. There are diametrically opposite views on the permissibility of such contracts which amount to bai-salam in currencies. The purpose of this paper is to present a comprehensive analysis of various arguments in support and against the permissibility of these basic contracts involving currencies. The first form of contracting involving exchange of countervalues on a spot basis is beyond any kind of controversy. Permissibility or otherwise of the second type of contract in which delivery of one of the countervalues is deferred to a future date, is generally discussed in the framework of riba prohibition. Accordingly we discuss this contract in detail in section 2 dealing with the issue of prohibition of riba. Permissibility of the third form of contract in which delivery of both the countervalues is deferred, is generally discussed within the framework of reducing risk and uncertainty or gharar involved in such contracts. This, therefore, is the central theme of section 3 which deals with the issue of gharar. Section 4 attempts a holistic view of the Sharia relates issues as also the economic significance of the basic forms of contracting in the currency market. 2. The Issue of Riba Prohibition The divergence of views1 on the permissibility or otherwise of exchange contracts in currencies can be traced primarily to the issue of riba prohibition. The need to eliminate riba in all forms of exchange contracts is of utmost importance. Riba in its Sharia context is generally defined2 as an unlawful gain derived from the quantitative inequality of the countervalues in any transaction purporting to effect the exchange of two or more species (anwa), which belong to the same genus (jins) and are governed by the same efficient cause (illa). Riba is generally classified into riba al-fadl (excess) and riba al-nasia (deferment) which denote an unlawful advantage by way of excess or deferment respectively. Prohibition of the former is achieved by a stipulation that the rate of exchange between the objects is unity and no gain is permissible to either party. The latter kind of riba is prohibited by disallowing deferred settlement and ensuring that the transaction is settled on the spot by both the parties. Another form of riba is called riba al-jahiliyya or pre-Islamic riba which surfaces when the lender asks the borrower on the maturity date if the latter would settle the debt or increase the same. Increase is accompanied by charging interest on the amount initially borrowed. The prohibition of riba in the exchange of currencies belonging to different countries requires a process of analogy (qiyas). And in any such exercise involving analogy (qiyas), efficient cause (illa) plays an extremely important role. It is a common efficient cause (illa), which connects the object of the analogy with its subject, in the exercise of analogical reasoning. The appropriate efficient cause (illa) in case of exchange contracts has been variously defined by the major schools of Fiqh. This difference is reflected in the analogous reasoning for paper currencies belonging to different countries. A question of considerable significance in the process of analogous reasoning relates to the comparison between paper currencies with gold and silver. In the early days of Islam, gold and silver performed all the functions of money (thaman). Currencies were made of gold and silver with a known intrinsic value (quantum of gold or silver contained in them). Such currencies are described as thaman haqiqi, or naqdain in Fiqh literature. These were universally acceptable as principal means of exchange, accounting for a large chunk of transactions. Many other commodities, such as, various inferior metals also served as means of exchange, but with limited acceptability. These are described as fals in Fiqh literature. These are also known as thaman istalahi because of the fact that their acceptability stems not from their intrinsic worth, but due to the status accorded by the society during a particular period of time. The above two forms of currencies have been treated very differently by early Islamic jurists from the standpoint of permissibility of contracts involving them. The issue that needs to be resolved is whether the present age paper currencies fall under the former category or the latter. One view is that these should be treated at par with thaman haqiqi or gold and silver, since these serve as the principal means of exchange and unit of account like the latter. Hence, by analogous reasoning, all the Sharia-related norms and injunctions applicable to thaman haqiqi should also be applicable to paper currency. Exchange of thaman haqiqi is known as bai-sarf, and hence, the transactions in paper currencies should be governed by the Sharia rules relevant for bai-sarf. The contrary view asserts that paper currencies should be treated in a manner similar to fals or thaman istalahi because of the fact that their face value is different from their intrinsic worth. Their acceptability stems from their legal status within the domestic country or global economic importance (as in case of US dollars, for instance). 2.1. A Synthesis of Alternative Views 2.1.1. Analogical Reasoning (Qiyas) for Riba Prohibition The prohibition of riba is based on the tradition that the holy prophet (peace be upon him) said, Sell gold for gold, silver for silver, wheat for wheat, barley for barley, date for date, salt for salt, in same quantities on the spot and when the commodities are different, sell as it suits you, but on the spot. Thus, the prohibition of riba applies primarily to the two precious metals (gold and silver) and four other commodities (wheat, barley, dates and salt). It also applies, by analogy (qiyas) to all species which are governed by the same efficient cause (illa) or which belong to any one of the genera of the six objects cited in the tradition. However, there is no general agreement among the various schools of Fiqh and even scholars belonging to the same school on the definition and identification of efficient cause (illa) of riba. For the Hanafis, efficient cause (illa) of riba has two dimensions: the exchanged articles belong to the same genus (jins) these possess weight (wazan) or measurability (kiliyya). If in a given exchange, both the elements of efficient cause (illa) are present, that is, the exchanged countervalues belong to the same genus (jins) and are all weighable or all measurable, then no gain is permissible (the exchange rate must be equal to unity) and the exchange must be on a spot basis. In case of gold and silver, the two elements of efficient cause (illa) are: unity of genus (jins) and weighability. This is also the Hanbali view according to one version3. (A different version is similar to the Shafii and Maliki view, as discussed below.) Thus, when gold is exchanged for gold, or silver is exchanged for silver, only spot transactions without any gain are permissible. It is also possible that in a given exchange, one of the two elements of efficient cause (illa) is present and the other is absent. For example, if the exchanged articles are all weighable or measurable but belong to different genus (jins) or, if the exchanged articles belong to same genus (jins) but neither is weighable nor measurable, then exchange with gain (at a rate different from unity) is permissible, but the exchange must be on a spot basis. Thus, when gold is exchanged for silver, the rate can be different from unity but no deferred settlement is permissible. If none of the two elements of efficient cause (illa) of riba are present in a given exchange, then none of the injunctions for riba prohibition apply. Exchange can take place with or without gain and both on a spot or deferred basis. Considering the case of exchange involving paper currencies belonging to different countries, riba prohibition would require a search for efficient cause (illa). Currencies belonging to different countries are clearly distinct entities these are legal tender within specific geographical boundaries with different intrinsic worth or purchasing power. Hence, a large majority of scholars perhaps rightly assert that there is no unity of genus (jins). Additionally, these are neither weighable nor measurable. This leads to a direct conclusion that none of the two elements of efficient cause (illa) of riba exist in such exchange. Hence, the exchange can take place free from any injunction regarding the rate of exchange and the manner of settlement. The logic underlying this position is not difficult to comprehend. The intrinsic worth of paper currencies belonging to different countries differ as these have different purchasing power. Additionally, the intrinsic value or worth of paper currencies cannot be identified or assessed unlike gold and silver which can be weighed. Hence, neither the presence of riba al-fadl (by excess), nor riba al-nasia (by deferment) can be established. The Shafii school of Fiqh considers the efficient cause (illa) in case of gold and silver to be their property of being currency (thamaniyya) or the medium of exchange, unit of account and store of value. This is also the Maliki view. According to one version of this view, even if paper or leather is made the medium of exchange and is given the status of currency, then all the rules pertaining to naqdain, or gold and silver apply to them. Thus, according to this version, exchange involving currencies of different countries at a rate different from unity is permissible, but must be settled on a spot basis. Another version of the above two schools of thought is that the above cited efficient cause (illa) of being currency (thamaniyya) is specific to gold and silver, and cannot be generalized. That is, any other object, if used as a medium of exchange, cannot be included in their category. Hence, according to this version, the Sharia injunctions for riba prohibition are not applicable to paper currencies. Currencies belonging to different countries can be exchanged with or without gain and both on a spot or deferred basis. Proponents of the earlier version cite the case of exchange of paper currencies belonging to the same country in defense of their version. The consensus opinion of jurists in this case is that such exchange must be without any gain or at a rate equal to unity and must be settled on a spot basis. What is the rationale underlying the above decision If one considers the Hanafi and the first version of Hanbali position then, in this case, only one dimension of the efficient cause (illa) is present, that is, they belong to the same genus (jins). But paper currencies are neither weighable nor measurable. Hence, Hanafi law would apparently permit exchange of different quantities of the same currency on a spot basis. Similarly if the efficient cause of being currency (thamaniyya) is specific only to gold and silver, then Shafii and Maliki law would also permit the same. Needless to say, this amounts to permitting riba-based borrowing and lending. This shows that, it is the first version of the Shafii and Maliki thought which underlies the consensus decision of prohibition of gain and deferred settlement in case of exchange of currencies belonging to the same country. According to the proponents, extending this logic to exchange of currencies of different countries would imply that exchange with gain or at a rate different from unity is permissible (since there no unity of jins), but settlement must be on a spot basis. 2.1.2 Comparison between Currency Exchange and Bai-Sarf Bai-sarf is defined in Fiqh literature as an exchange involving thaman haqiqi, defined as gold and silver, which served as the principal medium of exchange for almost all major transactions. Proponents of the view that any exchange of currencies of different countries is same as bai-sarf argue that in the present age paper currencies have effectively and completely replaced gold and silver as the medium of exchange. Hence, by analogy, exchange involving such currencies should be governed by the same Sharia rules and injunctions as bai-sarf. It is also argued that if deferred settlement by either parties to the contract is permitted, this would open the possibilities of riba-al nasia. Opponents of categorization of currency exchange with bai-sarf however point out that the exchange of all forms of currency (thaman) cannot be termed as bai-sarf. According to this view bai-sarf implies exchange of currencies made of gold and silver (thaman haqiqi or naqdain) alone and not of money pronounced as such by the state authorities (thaman istalahi). The present age currencies are examples of the latter kind. These scholars find support in those writings which assert that if the commodities of exchange are not gold or silver, (even if one of these is gold or silver) then, the exchange cannot be termed as bai-sarf. Nor would the stipulations regarding bai-sarf be applicable to such exchanges. According to Imam Sarakhsi4 when an individual purchases fals or coins made out of inferior metals, such as, copper (thaman istalahi) for dirhams (thaman haqiqi) and makes a spot payment of the latter, but the seller does not have fals at that moment, then such exchange is permissible. taking possession of commodities exchanged by both parties is not a precondition (while in case of bai-sarf, it is.) A number of similar references exist which indicate that jurists do not classify an exchange of fals (thaman istalahi) for another fals (thaman istalahi) or gold or silver (thaman haqiqi), as bai-sarf. Hence, the exchanges of currencies of two different countries which can only qualify as thaman istalahi can not be categorized as bai-sarf. Nor can the constraint regarding spot settlement be imposed on such transactions. It should be noted here that the definition of bai-sarf is provided Fiqh literature and there is no mention of the same in the holy traditions. The traditions mention about riba, and the sale and purchase of gold and silver (naqdain) which may be a major source of riba, is described as bai-sarf by the Islamic jurists. It should also be noted that in Fiqh literature, bai-sarf implies exchange of gold or silver only whether these are currently being used as medium of exchange or not. Exchange involving dinars and gold ornaments, both quality as bai-sarf. Various jurists have sought to clarify this point and have defined sarf as that exchange in which both the commodities exchanged are in the nature of thaman, not necessarily thaman themselves. Hence, even when one of the commodities is processed gold (say, ornaments), such exchange is called bai-sarf. Proponents of the view that currency exchange should be treated in a manner similar to bai-sarf also derive support from writings of eminent Islamic jurists. According to Imam Ibn Taimiya anything that performs the functions of medium of exchange, unit of account, and store of value is called thaman, (not necessarily limited to gold amp silver). Similar references are available in the writings of Imam Ghazzali5 As far as the views of Imam Sarakhshi is concerned regarding exchange involving fals, according to them, some additional points need to be taken note of. In the early days of Islam, dinars and dirhams made of gold and silver were mostly used as medium of exchange in all major transactions. Only the minor ones were settled with fals. In other words, fals did not possess the characteristics of money or thamaniyya in full and was hardly used as store of value or unit of account and was more in the nature of commodity. Hence there was no restriction on purchase of the same for gold and silver on a deferred basis. The present day currencies have all the features of thaman and are meant to be thaman only. The exchange involving currencies of different countries is same as bai-sarf with difference of jins and hence, deferred settlement would lead to riba al-nasia. Dr Mohamed Nejatullah Siddiqui illustrates this possibility with an example6. He writes In a given moment in time when the market rate of exchange between dollar and rupee is 1:20, if an individual purchases 50 at the rate of 1:22 (settlement of his obligation in rupees deferred to a future date), then it is highly probable that he is. in fact, borrowing Rs. 1000 now in lieu of a promise to repay Rs. 1100 on a specified later date. (Since, he can obtain Rs 1000 now, exchanging the 50 purchased on credit at spot rate) Thus, sarf can be converted into interest-based borrowing amp lending. 2.1.3 Defining Thamaniyya is the Key It appears from the above synthesis of alternative views that the key issue seems to be a correct definition of thamaniyya. For instance, a fundamental question that leads to divergent positions on permissibility relates to whether thamaniyya is specific to gold and silver, or can be associated with anything that performs the functions of money. We raise some issues below which may be taken into account in any exercise in reconsideration of alternative positions. It should be appreciated that thamaniyya may not be absolute and may vary in degrees. It is true that paper currencies have completely replaced gold and silver as medium of exchange, unit of account and store of value. In this sense, paper currencies can be said to possess thamaniyya. However, this is true for domestic currencies only and may not be true for foreign currencies. In other words, Indian rupees possess thamaniyya within the geographical boundaries of India only, and do not have any acceptability in US. These cannot be said to possess thamaniyya in US unless a US citizen can use Indian rupees as a medium of exchange, or unit of account, or store of value. In most cases such a possibility is remote. This possibility is also a function of the exchange rate mechanism in place, such as, convertibility of Indian rupees into US dollars, and whether a fixed or floating exchange rate system is in place. For example, assuming free convertibility of Indian rupees into US dollars and vice versa, and a fixed exchange rate system in which the rupee-dollar exchange rate is not expected to increase or decrease in the foreseeable future, thamaniyya of rupee in US is considerably improved. The example cited by Dr Nejatullah Siddiqui also appears quite robust under the circumstances. Permission to exchange rupees for dollars on a deferred basis (from one end, of course) at a rate different from the spot rate (official rate which is likely to remain fixed till the date of settlement) would be a clear case of interest-based borrowing and lending. However, if the assumption of fixed exchange rate is relaxed and the present system of fluctuating and volatile exchange rates is assumed to be the case, then it can be shown that the case of riba al-nasia breaks down. We rewrite his example: In a given moment in time when the market rate of exchange between dollar and rupee is 1:20, if an individual purchases 50 at the rate of 1:22 (settlement of his obligation in rupees deferred to a future date), then it is highly probable that he is. in fact, borrowing Rs. 1000 now in lieu of a promise to repay Rs. 1100 on a specified later date. (Since, he can obtain Rs 1000 now, exchanging the 50 purchased on credit at spot rate) This would be so, only if the currency risk is non-existent (exchange rate remains at 1:20), or is borne by the seller of dollars (buyer repays in rupees and not in dollars). If the former is true, then the seller of the dollars (lender) receives a predetermined return of ten percent when he converts Rs1100 received on the maturity date into 55 (at an exchange rate of 1:20). However, if the latter is true, then the return to the seller (or the lender) is not predetermined. It need not even be positive. For example, if the rupee-dollar exchange rate increases to 1:25, then the seller of dollar would receive only 44 (Rs 1100 converted into dollars) for his investment of 50. Here two points are worth noting. First, when one assumes a fixed exchange rate regime, the distinction between currencies of different countries gets diluted. The situation becomes similar to exchanging pounds with sterlings (currencies belonging to the same country) at a fixed rate. Second, when one assumes a volatile exchange rate system, then just as one can visualize lending through the foreign currency market (mechanism suggested in the above example), one can also visualize lending through any other organized market (such as, for commodities or stocks.) If one replaces dollars for stocks in the above example, it would read as: In a given moment in time when the market price of stock X is Rs 20, if an individual purchases 50 stocks at the rate of Rs 22 (settlement of his obligation in rupees deferred to a future date), then it is highly probable that he is. in fact, borrowing Rs. 1000 now in lieu of a promise to repay Rs. 1100 on a specified later date. (Since, he can obtain Rs 1000 now, exchanging the 50 stocks purchased on credit at current price) In this case too as in the earlier example, returns to the seller of stocks may be negative if stock price rises to Rs 25 on the settlement date. Hence, just as returns in the stock market or commodity market are Islamically acceptable because of the price risk, so are returns in the currency market because of fluctuations in the prices of currencies. A unique feature of thaman haqiqi or gold and silver is that the intrinsic worth of the currency is equal to its face value. Thus, the question of different geographical boundaries within which a given currency, such as, dinar or dirham circulates, is completely irrelevant. Gold is gold whether in country A or country B. Thus, when currency of country A made of gold is exchanged for currency of country B, also made of gold, then any deviation of the exchange rate from unity or deferment of settlement by either party cannot be permitted as it would clearly involve riba al-fadl and also riba al-nasia. However, when paper currencies of country A is exchanged for paper currency of country B, the case may be entirely different. The price risk (exchange rate risk), if positive, would eliminate any possibility of riba al-nasia in the exchange with deferred settlement. However, if price risk (exchange rate risk) is zero, then such exchange could be a source of riba al-nasia if deferred settlement is permitted7. Another point that merits serious consideration is the possibility that certain currencies may possess thamaniyya, that is, used as a medium of exchange, unit of account, or store of value globally, within the domestic as well as foreign countries. For instance, US dollar is legal tender within US it is also acceptable as a medium of exchange or unit of account for a large volume of transactions across the globe. Thus, this specific currency may be said to possesses thamaniyya globally, in which case, jurists may impose the relevant injunctions on exchanges involving this specific currency to prevent riba al-nasia. The fact is that when a currency possesses thamaniyya globally, then economic units using this global currency as the medium of exchange, unit of account or store of value may not be concerned about risk arising from volatility of inter-country exchange rates. At the same time, it should be recognized that a large majority of currencies do not perform the functions of money except within their national boundaries where these are legal tender. Riba and risk cannot coexist in the same contract. The former connotes a possibility of returns with zero risk and cannot be earned through a market with positive price risk. As has been discussed above, the possibility of riba al-fadl or riba al-nasia may arise in exchange when gold or silver function as thaman or when the exchange involves paper currencies belonging to the same country or when the exchange involves currencies of different countries following a fixed exchange rate system. The last possibility is perhaps unIslamic8 since price or exchange rate of currencies should be allowed to fluctuate freely in line with changes in demand and supply and also because prices should reflect the intrinsic worth or purchasing power of currencies. The foreign currency markets of today are characterised by volatile exchange rates. The gains or losses made on any transaction in currencies of different countries, are justified by the risk borne by the parties to the contract. 2.1.4. Possibility of Riba with Futures and Forwards So far, we have discussed views on the permissibility of bai salam in currencies, that is, when the obligation of only one of the parties to the exchange is deferred. What are the views of scholars on deferment of obligations of both parties. Typical example of such contracts are forwards and futures9. According to a large majority of scholars, this is not permissible on various grounds, the most important being the element of risk and uncertainty (gharar) and the possibility of speculation of a kind which is not permissible. This is discussed in section 3. However, another ground for rejecting such contracts may be riba prohibition. In the preceding paragraph we have discussed that bai salam in currencies with fluctuating exchange rates can not be used to earn riba because of the presence of currency risk. It is possible to demonstrate that currency risk can be hedged or reduced to zero with another forward contract transacted simultaneously. And once risk is eliminated, the gain clearly would be riba. We modify and rewrite the same example: In a given moment in time when the market rate of exchange between dollar and rupee is 1:20, an individual purchases 50 at the rate of 1:22 (settlement of his obligation in rupees deferred to a future date), and the seller of dollars also hedges his position by entering into a forward contract to sell Rs1100 to be received on the future date at a rate of 1:20, then it is highly probable that he is. in fact, borrowing Rs. 1000 now in lieu of a promise to repay Rs. 1100 on a specified later date. (Since, he can obtain Rs 1000 now, exchanging the 50 dollars purchased on credit at spot rate) The seller of the dollars (lender) receives a predetermined return of ten percent when he converts Rs1100 received on the maturity date into 55 dollars (at an exchange rate of 1:20) for his investment of 50 dollars irrespective of the market rate of exchange prevailing on the date of maturity. Another simple possible way to earn riba may even involve a spot transaction and a simultaneous forward transaction. For example, the individual in the above example purchases 50 on a spot basis at the rate of 1:20 and simultaneously enters into a forward contract with the same party to sell 50 at the rate of 1:21 after one month. In effect this implies that he is lending Rs1000 now to the seller of dollars for one month and earns an interest of Rs50 (he receives Rs1050 after one month. This is a typical buy-back or repo (repurchase) transaction so common in conventional banking.10 3. The Issue of Freedom from Gharar Gharar, unlike riba, does not have a consensus definition. In broad terms, it connotes risk and uncertainty. It is useful to view gharar as a continuum of risk and uncertainty wherein the extreme point of zero risk is the only point that is well-defined. Beyond this point, gharar becomes a variable and the gharar involved in a real life contract would lie somewhere on this continuum. Beyond a point on this continuum, risk and uncertainty or gharar becomes unacceptable11. Jurists have attempted to identify such situations involving forbidden gharar. A major factor that contributes to gharar is inadequate information (jahl) which increases uncertainty. This is when the terms of exchange, such as, price, objects of exchange, time of settlement etc. are not well-defined. Gharar is also defined in terms of settlement risk or the uncertainty surrounding delivery of the exchanged articles. Islamic scholars have identified the conditions which make a contract uncertain to the extent that it is forbidden. Each party to the contract must be clear as to the quantity, specification, price, time, and place of delivery of the contract. A contract, say, to sell fish in the river involves uncertainty about the subject of exchange, about its delivery, and hence, not Islamically permissible. The need to eliminate any element of uncertainty inherent in a contract is underscored by a number of traditions.12 An outcome of excessive gharar or uncertainty is that it leads to the possibility of speculation of a variety which is forbidden. Speculation in its worst form, is gambling. The holy Quran and the traditions of the holy prophet explicitly prohibit gains made from games of chance which involve unearned income. The term used for gambling is maisir which literally means getting something too easily, getting a profit without working for it. Apart from pure games of chance, the holy prophet also forbade actions which generated unearned incomes without much productive efforts.13 Here it may be noted that the term speculation has different connotations. It always involves an attempt to predict the future outcome of an event. But the process may or may not be backed by collection, analysis and interpretation of relevant information. The former case is very much in conformity with Islamic rationality. An Islamic economic unit is required to assume risk after making a proper assessment of risk with the help of information. All business decisions involve speculation in this sense. It is only in the absence of information or under conditions of excessive gharar or uncertainty that speculation is akin to a game of chance and is reprehensible. 3.2 Gharar amp Speculation with of Futures amp Forwards Considering the case of the basic exchange contracts highlighted in section 1, it may be noted that the third type of contract where settlement by both the parties is deferred to a future date is forbidden, according to a large majority of jurists on grounds of excessive gharar. Futures and forwards in currencies are examples of such contracts under which two parties become obliged to exchange currencies of two different countries at a known rate at the end of a known time period. For example, individuals A and B commit to exchange US dollars and Indian rupees at the rate of 1: 22 after one month. If the amount involved is 50 and A is the buyer of dollars then, the obligations of A and B are to make a payments of Rs1100 and 50 respectively at the end of one month. The contract is settled when both the parties honour their obligations on the future date. Traditionally, an overwhelming majority of Sharia scholars have disapproved such contracts on several grounds. The prohibition applies to all such contracts where the obligations of both parties are deferred to a future date, including contracts involving exchange of currencies. An important objection is that such a contract involves sale of a non-existent object or of an object not in the possession of the seller. This objection is based on several traditions of the holy prophet.14 There is difference of opinion on whether the prohibition in the said traditions apply to foodstuffs, or perishable commodities or to all objects of sale. There is, however, a general agreement on the view that the efficient cause (illa) of the prohibition of sale of an object which the seller does not own or of sale prior to taking possession is gharar, or the possible failure to deliver the goods purchased. Is this efficient cause (illa) present in an exchange involving future contracts in currencies of different countries. In a market with full and free convertibility or no constraints on the supply of currencies, the probability of failure to deliver the same on the maturity date should be no cause for concern. Further, the standardized nature of futures contracts and transparent operating procedures on the organized futures markets15 is believed to minimize this probability. Some recent scholars have opined in the light of the above that futures, in general, should be permissible. According to them, the efficient cause (illa), that is, the probability of failure to deliver was quite relevant in a simple, primitive and unorganized market. It is no longer relevant in the organized futures markets of today16. Such contention, however, continues to be rejected by the majority of scholars. They underscore the fact that futures contracts almost never involve delivery by both parties. On the contrary, parties to the contract reverse the transaction and the contract is settled in price difference only. For example, in the above example, if the currency exchange rate changes to 1: 23 on the maturity date, the reverse transaction for individual A would mean selling 50 at the rate of 1:23 to individual B. This would imply A making a gain of Rs50 (the difference between Rs1150 and Rs1100). This is exactly what B would lose. It may so happen that the exchange rate would change to 1:21 in which case A would lose Rs50 which is what B would gain. This obviously is a zero-sum game in which the gain of one party is exactly equal to the loss of the other. This possibility of gains or losses (which theoretically can touch infinity) encourages economic units to speculate on the future direction of exchange rates. Since exchange rates fluctuate randomly, gains and losses are random too and the game is reduced to a game of chance. There is a vast body of literature on the forecastability of exchange rates and a large majority of empirical studies have provided supporting evidence on the futility of any attempt to make short-run predictions. Exchange rates are volatile and remain unpredictable at least for the large majority of market participants. Needless to say, any attempt to speculate in the hope of the theoretically infinite gains is, in all likelihood, a game of chance for such participants. While the gains, if they materialize, are in the nature of maisir or unearned gains, the possibility of equally massive losses do indicate a possibility of default by the loser and hence, gharar. 3.3. Risk Management in Volatile Markets Hedging or risk reduction adds to planning and managerial efficiency. The economic justification of futures and forwards is in term of their role as a device for hedging. In the context of currency markets which are characterized by volatile rates, such contracts are believed to enable the parties to transfer and eliminate risk arising out of such fluctuations. For example, modifying the earlier example, assume that individual A is an exporter from India to US who has already sold some commodities to B, the US importer and anticipates a cashflow of 50 (which at the current market rate of 1:22 mean Rs 1100 to him) after one month. There is a possibility that US dollar may depreciate against Indian rupee during these one month, in which case A would realize less amount of rupees for his 50 ( if the new rate is 1:21, A would realize only Rs1050 ). Hence, A may enter into a forward or future contract to sell 50 at the rate of 1:21.5 at the end of one month (and thereby, realize Rs1075) with any counterparty which, in all probability, would have diametrically opposite expectations regarding future direction of exchange rates. In this case, A is able to hedge his position and at the same time, forgoes the opportunity of making a gain if his expectations do not materialize and US dollar appreciates against Indian rupee (say, to 1:23 which implies that he would have realized Rs1150, and not Rs1075 which he would realize now.) While hedging tools always improve planning and hence, performance, it should be noted that the intention of the contracting party whether to hedge or to speculate, can never be ascertained. It may be noted that hedging can also be accomplished with bai salam in currencies. As in the above example, exporter A anticipating a cash inflow of 50 after one month and expecting a depreciation of dollar may go for a salam sale of 50 (with his obligation to pay 50 deferred by one month.) Since he is expecting a dollar depreciation, he may agree to sell 50 at the rate of 1: 21.5. There would be an immediate cash inflow in Rs 1075 for him. The question may be, why should the counterparty pay him rupees now in lieu of a promise to be repaid in dollars after one month. As in the case of futures, the counterparty would do so for profit, if its expectations are diametrically opposite, that is, it expects dollar to appreciate. For example, if dollar appreciates to 1: 23 during the one month period, then it would receive Rs1150 for Rs 1075 it invested in the purchase of 50. Thus, while A is able to hedge its position, the counterparty is able to earn a profit on trading of currencies. The difference from the earlier scenario is that the counterparty would be more restrained in trading because of the investment required, and such trading is unlikely to take the shape of rampant speculation. 4. Summary amp Conclusion Currency markets of today are characterized by volatile exchange rates. This fact should be taken note of in any analysis of the three basic types of contracts in which the basis of distinction is the possibility of deferment of obligations to future. We have attempted an assessment of these forms of contracting in terms of the overwhelming need to eliminate any possibility of riba, minimize gharar, jahl and the possibility of speculation of a kind akin to games of chance. In a volatile market, the participants are exposed to currency risk and Islamic rationality requires that such risk should be minimized in the interest of efficiency if not reduced to zero. It is obvious that spot settlement of the obligations of both parties would completely prohibit riba, and gharar, and minimize the possibility of speculation. However, this would also imply the absence of any technique of risk management and may involve some practical problems for the participants. At the other extreme, if the obligations of both the parties are deferred to a future date, then such contracting, in all likelihood, would open up the possibility of infinite unearned gains and losses from what may be rightly termed for the majority of participants as games of chance. Of course, these would also enable the participants to manage risk through complete risk transfer to others and reduce risk to zero. It is this possibility of risk reduction to zero which may enable a participant to earn riba. Future is not a new form of contract. Rather the justification for proscribing it is new. If in a simple primitive economy, it was prevention of gharar relating to delivery of the exchanged article, in todays complex financial system and organized exchanges, it is prevention of speculation of kind which is unIslamic and which is possible under excessive gharar involved in forecasting highly volatile exchange rates. Such speculation is not just a possibility, but a reality. The precise motive of an economic unit entering into a future contract speculation or hedging may not ascertainable ( regulators may monitor end use, but such regulation may not be very practical, nor effective in a free market). Empirical evidence at a macro level, however, indicates the former to be the dominant motive. The second type of contracting with deferment of obligations of one of the parties to a future date falls between the two extremes. While Sharia scholars have divergent views about its permissibility, our analysis reveals that there is no possibility of earning riba with this kind of contracting. The requirement of spot settlement of obligations of atleast one party imposes a natural curb on speculation, though the room for speculation is greater than under the first form of contracting. The requirement amounts to imposition of a hundred percent margin which, in all probability, would drive away the uninformed speculator from the market. This should force the speculator to be a little more sure of his expectations by being more informed. When speculation is based on information it is not only permissible, but desirable too. Bai salam would also enable the participants to manage risk. At the same time, the requirement of settlement from one end would dampen the tendency of many participants to seek a complete transfer of perceived risk and encourage them to make a realistic assessment of the actual risk. Notes amp References 1. These diverse views are reflected in the papers presented at the Fourth Fiqh Seminar organized by the Islamic Fiqh Academy, India in 1991 which were subsequently published in Majalla Fiqh Islami, part 4 by the Academy. The discussion on riba prohibition draws on these views. 2. Nabil Saleh, Unlawful gain and Legitimate Profit in Islamic Law, Graham and Trotman, London, 1992, p.16 3. Ibn Qudama, al-Mughni, vol.4, pp.5-9 4. Shams al Din al Sarakhsi, al-Mabsut, vol 14, pp 24-25 5. Paper presented by Abdul Azim Islahi at the Fourth Fiqh Seminar organized by Islamic Fiqh Academy, India in 1991. 6. Paper by Dr M N Siddiqui highlighting the issue was circulated among all leading Fiqh scholars by the Islamic Fiqh Academy, India for their views and was the main theme of deliberations during the session on Currency Exchange at the Fourth Fiqh Seminar held in 1991. 7. It is contended by some that the above example may be modified to show the possibility of riba with spot settlement too. In a given moment in time when the market rate of exchange between dollar and rupee is 1:20, if an individual purchases 50 at the rate of 1:22 (settlement of his obligation also on a spot basis), then it amounts to the seller of dollars exchanging 50 with 55 on a spot basis (Since, he can obtain Rs 1100 now, exchange them for 55 at spot rate of 1:20) Thus, spot settlement can also be a clear source of riba. Does this imply that spot settlement should be proscribed too. The fallacy in the above and earlier examples is that there is no single contract but multiple contracts of exchange occurring at different points in time (true even in the above case). Riba can be earned only when the spot rate of 1:20 is fixed during the time interval between the transactions. This assumption is, needless to say, unrealistic and if imposed artificially, perhaps unIslamic. 8. Islam envisages a free market where prices are determined by forces of demand and supply. There should be no interference in the price formation process even by the regulators. While price control and fixation is generally accepted as unIslamic, some scholars, such as, Ibn Taimiya do admit of its permissibility. However, such permissibility is subject to the condition that price fixation is intended to combat cases of market anomalies caused by impairing the conditions of free competition. If market conditions are normal, forces of demand and supply should be allowed a free play in determination of prices. 9. Some Islamic scholars use the term forward to connote a salam sale. However, we use this term in the conventional sense where the obligations of both parties are deferred to a future date and hence, are similar to futures in this sense. The latter however, are standardized contracts and are traded on an organized Futures Exchange while the former are specific to the requirements of the buyer and seller. 10. This is known as bai al inah which is considered forbidden by almost all scholars with the exception of Imam Shafii. Followers of the same school, such as Al Nawawi do not consider it Islamically permissible. 11. It should be noted that modern finance theories also distinguish between conditions of risk and uncertainty and assert that rational decision making is possible only under conditions of risk and not under conditions of uncertainty. Conditions of risk refer to a situation where it is possible with the help of available data to estimate all possible outcomes and their corresponding probabilities, or develop the ex-ante probability distribution. Under conditions of uncertainty, no such exercise is possible. The definition of gharar, Real-life situations, of course, fall somewhere in the continuum of risk and uncertainty. 12. The following traditions underscore the need to avoid contracts involving uncertainty. Ibn Abbas reported that when Allahs prophet (pbuh) came to Medina, they were paying one and two years advance for fruits, so he said: Those who pay in advance for any thing must do so for a specified weight and for a definite time. It is reported on the authority of Ibn Umar that the Messenger of Allah (pbuh) forbade the transaction called habal al-habala whereby a man bought a she-camel which was to be the off-spring of a she-camel and which was still in its mothers womb. 13. According to a tradition reported by Abu Huraira, Allahs Messenger (pbuh) forbade a transaction determined by throwing stones, and the type which involves some uncertainty. The form of gambling most popular to Arabs was gambling by casting lots by means of arrows, on the principle of lottery, for division of carcass of slaughtered animals. The carcass was divided into unequal parts and marked arrows were drawn from a bag. One received a large or small share depending on the mark on the arrow drawn. Obviously it was a pure game of chance. 14. The holy prophet is reported to have said Do not sell what is not with you Ibn Abbas reported that the prophet said: He who buys foodstuff should not sell it until he has taken possession of it. Ibn Abbas said: I think it applies to all other things as well. 15. The Futures Exchange performs an important function of providing a guarantee for delivery by all parties to the contract. It serves as the counterparty in the exchange for both, that is, as the buyer for the sale and as the seller for the purchase. 16. M Hashim Kamali Islamic Commercial Law: An Analysis of Futures, The American Journal of Islamic Social Sciences, vol.13, no.2, 1996 Dalam bukunya Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi yang berjudul MASAIL FIQHIYAH Kapita Selecta Hukum Islam, diperoleh bahwa Ferex (Perdagangan Valas) diperbolehkan dalam hukum islam. Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan barang-barang kebutuhan/komoditi antar negara yang bersifat internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan alat bayar yaitu UANG yang masing-masing negara mempunyai ketentuan sendiri dan berbeda satu sama lainnya sesuai dengan penawaran dan permintaan diantara negara-negara tersebut sehingga timbul PERBANDINGAN NILAI MATA UANG antar negara. Perbandingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu BURSA atau PASAR yang bersifat internasional dan terikat dalam suatu kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Nilai mata uang suatu negara dengan negara lainnya ini berubah (berfluktuasi) setiap saat sesuai volume permintaan dan penawarannya. Adanya permintaan dan penawaran inilah yang menimbulkan transaksi mata uang. Yang secara nyata hanyalah tukar-menukar mata uang yang berbeda nilai. HUKUM ISLAM dalam TRANSAKSI VALAS 1. Ada Ijab-Qobul: 8212gt Ada perjanjian untuk memberi dan menerima Penjual menyerahkan barang dan pembeli membayar tunai. Ijab-Qobulnya dilakukan dengan lisan, tulisan dan utusan. Pembeli dan penjual mempunyai wewenang penuh melaksanakan dan melakukan tindakan-tindakan hukum (dewasa dan berpikiran sehat) 2. Memenuhi syarat menjadi objek transaksi jual-beli yaitu: Suci barangnya (bukan najis) Dapat dimanfaatkan Dapat diserahterimakan Jelas barang dan harganya Dijual (dibeli) oleh pemiliknya sendiri atau kuasanya atas izin pemiliknya Barang sudah berada ditangannya jika barangnya diperoleh dengan imbalan. Perlu ditambahkan pendapat Muhammad Isa, bahwa jual beli saham itu diperbolehkan dalam agama. 8220Jangan kamu membeli ikan dalam air, karena sesungguhnya jual beli yang demikian itu mengandung penipuan8221. (Hadis Ahmad bin Hambal dan Al Baihaqi dari Ibnu Mas8217ud) Jual beli barang yang tidak di tempat transaksi diperbolehkan dengan syarat harus diterangkan sifat-sifatnya atau ciri-cirinya. Kemudian jika barang sesuai dengan keterangan penjual, maka sahlah jual belinya. Tetapi jika tidak sesuai maka pembeli mempunyai hak khiyar . artinya boleh meneruskan atau membatalkan jual belinya. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat Al Daraquthni dari Abu Hurairah: 8220Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, maka ia berhak khiyar jika ia telah melihatnya8221. Jual beli hasil tanam yang masih terpendam, seperti ketela, kentang, bawang dan sebagainya juga diperbolehkan, asal diberi contohnya, karena akan mengalami kesulitan atau kerugian jika harus mengeluarkan semua hasil tanaman yang terpendam untuk dijual. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islam: Kesulitan itu menarik kemudahan. Demikian juga jual beli barang-barang yang telah terbungkus/tertutup, seperti makanan kalengan, LPG, dan sebagainya, asalkam diberi label yang menerangkan isinya. Vide Sabiq, op. cit. hal. 135. Mengenai teks kaidah hukum Islam tersebut di atas, vide Al Suyuthi, Al Ashbah wa al Nadzair, Mesir, Mustafa Muhammad, 1936 hal. 55. JUAL BELI VALUTA ASING DAN SAHAM Yang dimaksud dengan valuta asing adalah mata uang luar negeri seperi dolar Amerika, poundsterling Inggris, ringgit Malaysia dan sebagainya. Apabila antara negara terjadi perdagangan internasional maka tiap negara membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar negeri yang dalam dunia perdagangan disebut devisa. Misalnya eksportir Indonesia akan memperoleh devisa dari hasil ekspornya, sebaliknya importir Indonesia memerlukan devisa untuk mengimpor dari luar negeri. Dengan demikian akan timbul penawaran dan perminataan di bursa valuta asing. setiap negara berwenang penuh menetapkan kurs uangnya masing-masing (kurs adalah perbandingan nilai uangnya terhadap mata uang asing) misalnya 1 dolar Amerika Rp. 12.000. Namun kurs uang atau perbandingan nilai tukar setiap saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan ekonomi negara masing-masing. Pencatatan kurs uang dan transaksi jual beli valuta asing diselenggarakan di Bursa Valuta Asing (A. W. J. Tupanno, et. al. Ekonomi dan Koperasi, Jakarta, Depdikbud 1982, hal 76-77) Like this:

No comments:

Post a Comment